Parapuan.co - Setelah pesta pernikahan usai dan kehidupan rumah tangga baru saja dimulai, banyak pasangan muda merasa berada di bawah sorotan yang berbeda dari sebelumnya. Ucapan selamat yang manis, perlahan tergantikan dengan berbagai pertanyaan dari keluarga besar, tetangga, maupun teman dekat.
Salah satu pertanyaan yang paling sering muncul adalah "Kapan punya anak?". Pertanyaan ini bisa saja terdengar biasa, bahkan menunjukkan rasa peduli bagi sebagian orang, tetapi bagi pengantin baru, ini seringkali menciptakan tekanan psikologis tak terlihat.
Tidak semua pasangan merasa nyaman membicarakan rencana memiliki anak, apalagi jika mereka sedang menghadapi berbagai tantangan, termasuk pertimbangan karier hingga ekonomi yang benar-benar stabil.
Sayangnya, di budaya yang sangat menjunjung tinggi norma keluarga dan keturunan seperti di Indonesia, pertanyaan seperti ini masih dianggap wajar dan lumrah. Merujuk dari laman People, ada beberapa tips yang bisa kamu terapkan ketika sebagai pasangan suami istri baru mendapatkan pertanyaan kapan punya anak.
Cara menjawabnya pun tetap tegas, namun dikemas secara elegan tanpa menyinggung perasaan orang lain. Berikut uraian lengkapnya untukmu!
1. Pahami Bahwa Kamu Tidak Wajib Memberikan Jawaban
Sebelum kamu menyusun jawaban, hal paling pertama yang perlu ditanamkan dalam diri adalah pemahaman bahwa kamu tidak berkewajiban untuk menjelaskan rencana keluarga kepada siapa pun. Baik itu kepada saudara dekat, mertua, atau sahabat lama, kamu berhak untuk menjaga kerahasiaan dan privasi kehidupan rumah tanggamu.
Memberikan jawaban bukan berarti kamu harus jujur secara penuh tentang rencana pribadimu, melainkan memberikan respon yang sesuai dengan batas kenyamananmu. Penting untuk diingat bahwa kamu dan pasanganlah yang menjalani kehidupan ini, bukan orang lain.
2. Jawab dengan Tegas Jika Pertanyaan Terlalu Menekanmu
Baca Juga: Mitos Keliru Tentang Perceraian yang Dipercaya Pasangan yang Punya Anak
Apabila kamu merasa pertanyaan semacam ini sudah terlalu sering muncul dan mulai mengganggu ketenangan emosionalmu, jangan ragu untuk memberikan jawaban yang lebih tegas, namun tetap dalam batas kesopanan.
Contohnya, kamu bisa mengatakan "Untuk sekarang, kami memilih fokus ke hal-hal lain dulu,". Dengan kalimat seperti ini, kamu mengatur batas tanpa menyudutkan lawan bicara, dan secara tidak langsung menunjukkan bahwa pertanyaan tersebut menyentuh ranah yang seharusnya lebih dihargai privasinya.
3. Libatkan Pasanganmu
Sering kali, pertanyaan tentang anak hanya diarahkan pada istri saja, padahal seharusnya ini menjadi isu bersama dalam pernikahan. Maka dari itu, penting untuk berdiskusi terlebih dahulu dengan pasangan tentang bagaimana kalian ingin merespons pertanyaan ini ke depannya.
Misalnya, kalian bisa sepakat menjawab dengan nada yang kompak seperti, "Kami sedang menikmati waktu berdua dulu, doain aja ya semoga yang terbaik untuk kami,".
Dengan begitu, kamu tidak akan merasa sendiri menghadapi tekanan sosial ini, dan orang lain pun akan lebih segan bertanya jika melihat kekompakan dan keseriusan kalian dalam menjaga batasan privasi.
4. Gunakan Momen Ini untuk Mendidik Orang Lain tentang Batasan Personal
Jika kamu merasa cukup nyaman, kamu juga bisa menggunakan pertanyaan ini sebagai sarana edukasi yang halus kepada orang lain. Misalnya kamu bisa mengatakan, "Sebenarnya itu pertanyaan yang cukup pribadi ya, kadang bisa menyakitkan buat beberapa pasangan,".
Baca Juga: Bagaimana Cara agar Anak Tetap Aman saat Menggunakan Media Sosial? Ini Tipsnya
Kalimat ini dapat menjadi refleksi bagi si penanya agar lebih berhati-hati di masa depan ketika berbicara dengan pasangan lain. Tanpa disadari, kamu telah memberi kontribusi pada budaya komunikasi yang lebih empatik dan beradab.
5. Jangan Merasa Bersalah
Salah satu tantangan terbesar ketika menghadapi pertanyaan semacam ini adalah perasaan tidak enak hati atau takut dinilai sebagai orang yang tidak sopan.
Meski begitu, penting untuk disadari bahwa menjaga kesehatan mental dan kenyamanan pribadi adalah hal yang lebih penting daripada memenuhi ekspektasi sosial tak realistis.
Kamu tidak bisa mengontrol apa yang orang pikirkan, tetapi kamu bisa mengontrol bagaimana kamu meresponsnya. Dengan tetap tenang, percaya diri, dan tidak terbawa emosi, kamu sedang menunjukkan bahwa kamu dewasa dan mampu menetapkan batasan secara sehat dalam relasi sosial.
Menjadi pengantin baru memang membawa banyak kebahagiaan, tetapi juga datang bersama berbagai tekanan sosial yang seringkali tidak disadari.
Pertanyaan tentang anak bisa terasa seperti percakapan biasa bagi sebagian orang, tapi bisa menjadi beban yang cukup berat bagi pasangan yang belum siap, memiliki pertimbangan pribadi, atau sedang dalam proses merencanakan masa depan.
Baca Juga: 10 Tips Menjaga dan Meningkatkan Kesehatan Kulit Anak Secara Alami
(*)