Parapuan.co - Final Destination: Bloodlines, film keenam dari waralaba horor ikonik Final Destination, kembali menyapa penonton setelah lebih dari satu dekade vakum. Seperti judulnya yang memuat kata bloodlines (garis keturunan), film ini tetap setia pada akar utamanya, yaitu fakta bahwa kematian adalah takdir yang pasti, dan tak seorang pun bisa melarikan diri darinya.
Namun, alih-alih menyuguhkan kematian lewat sosok pembunuh bersenjata atau makhluk gaib, film ini menghadirkan horor yang jauh lebih nyata, bahwa maut bisa datang dari hal-hal yang tampaknya sepele. Mulai dari tiang jatuh, ledakan pemanggang, atau bahkan kecelakaan di tengah perdebatan.
Kawan Puan masih belum menyaksikan film ini? Untuk meyakinkanmu, yuk intip dulu review singkat film Final Destination: Bloodlines sebagaimana dikutip dari NPR.org di bawah ini!
Formula Lama, Sentuhan Baru
Sejak film pertamanya di tahun 2000, Final Destination punya rumus yang tak berubah, di mana sekelompok orang lolos dari kejadian maut. Biasanya, karena satu orang punya penglihatan (premonisi) tentang apa yang akan terjadi. Tapi kelolosan itu ternyata hanya penundaan.
Kematian tetap menagih jatahnya, satu per satu, lewat kecelakaan yang rumit dan tak terduga. Bukan karena pembunuh berkedok, tapi karena rangkaian peristiwa kecil seperti efek domino, yang berakhir tragis. Konsep ini kembali hadir di Bloodlines, dengan eksekusi yang tetap mencengangkan sekaligus menghibur.
Di sinilah daya tarik utama Final Destination. Alih-alih menakut-nakuti dengan jump scare, film ini menampilkan kematian sebagai teka-teki mekanis yang absurd namun masuk akal, campuran antara rasa ngeri dan gelak tawa karena betapa anehnya tubuh manusia bisa "rusak".
Tontonannya menjadi semacam dark joke. Kita tahu semua karakter akan mati, tapi bagaimana dan kapan adalah kejutan yang ditunggu-tunggu.
Tony Todd dan Perpisahan yang Menyentuh
Baca Juga: Mengenal Anna Jobling, Pemeran Karakter Hantu di Film Horor Lembayung