Parapuan.co - Perempuan peduli lingkungan yang satu ini memang aktif menanggulangi sampah.
Tak hanya melakukan sendiri, perempuan bernama lengkap Ence Adinda ini juga mengajak perempuan peduli lingkungan lainnya untuk bergabung menjadi komunitas.
Sudah kurang lebih setahun, perempuan asal Malang ini aktif untuk mengajak masyarakat khususnya perempuan peduli sampah.
Lewat Komunitas iLitterless, dia bersama anggotanya di Malang berkutat dengan sampah, memilah dan menyetorkannya ke bank sampah.
Bersama sang suami, Ence Adinda mendirikan iLitterless, sebuah komunitas peduli lingkungan yang fokus pada pengelolaan sampah.
Baca Juga: Merdeka Pilih Profesi, Kathleen Gondoutomo Jualan Minuman Kekinian
iLitterless memiliki tiga kegiatan utama, yaitu memberikan edukasi tentang pemilahan sampah organik dan anorganik, melakukan riset, dan layanan jemput sampah.
Sejauh ini, komunitas tersebut telah bekerja sama dengan kafe-kafe di Malang untuk menampung sampah-sampah anorganik.
Sampah-sampah anorganik itu nantinya disetorkan ke bank sampah induk dan YAPSI dari Tetra Pak Indonesia (perusahaan pengelolaan limbah kemasan makanan dan minuman).
Bagaimana kisah Ence Adinda mendirikan iLitterless dan apa saja tantangan yang dialami? Berikut kisahnya!
Awal mula berdirinya iLitterless
Pemilik nama lengkap Ence Adinda Dianasta Almas itu mendirikan iLitterless tak lama setelah menikah pada 2020 lalu.
Itu bermula lantaran rumah yang ditempatinya bersama sang suami dekat dengan bank sampah.
Melihat bank sampah di sana, mereka baru menyadari jika limbah bisa disetorkan, dikelola, dan diolah.
"Kebetulan sama suami kan emang udah concern masalah sampah sejak lama, tapi cuma secara personal aja," kata Ence saat diwawancara PARAPUAN belum lama ini.
Baca Juga: Sempat Diragukan Banyak Orang, Mimpi Masa Kecil Apriyani Rahayu Kini Jadi Nyata
Sejak itu, Ence dan suami aktif memberikan edukasi tentang bagaimana memperlakukan sampah yang tepat melalui media sosial.
Merekapun mendirikan komunitas yang diberi nama iLitterless, yang seiring waktu berkembang menjadi tempat yang memiliki peran sebagai bank sampah.
"Sebenarnya orang yang aware soal memilah sampah udah banyak, cuman mereka masih belum punya platform-nya aja," imbuh perempuan kelahiran 1994 itu.
"Lalu ada keterbatasan waktu dan segala macam untuk mereka harus setor ke bank sampah, akhirnya bikin lah iLitterless ini," ucap Ence lagi.
Tantangan yang dihadapi
Sebagai komunitas, biaya operasional iLitterless ditanggung secara personal oleh para anggotanya.
Bahkan, dana yang diterima dari menyetorkan sampah ke unit-unit pengelolaan di Malang juga belum cukup untuk menutup biaya operasional.
"Yang pertama keterbatasan dana. Keikutsertaannya masih sukarela gitu, jadi nggak ada di antara kami yang digaji," terang Ence.
Ia juga berkata, "Dana kami masih sangat terbatas, dan sampah-sampah ini kalau dijual nggak bisa nutupin pengeluaran operasional itu."
Baca Juga: Kisah Verawaty Fajrin, Legenda Bulu Tangkis dengan Segudang Prestasi
Selain dana, keterbatasan tempat juga menjadi tantangan tersendiri bagi iLitterless.
iLitterless belum punya tempat khusus untuk memilah sampah organik dan anorganik, sehingga selama ini pemilahan dilakukan di rumah pribadi Ence dan suami.
Sejauh ini, untuk menutup biaya operasional, Ence Adinda yang juga seorang dosen di Universitas Muhammadiyah Malang berkolaborasi dengan komunitas mengadakan les bahasa Inggris.
Dari les tersebut, tiap peserta membayar Rp10 ribu untuk satu jam dan mereka juga berkesempatan membantu pertumbuhan iLitterless dengan dana tersebut.
Semoga ke depannya semakin sukses, ya, iLitterless. Dengan begitu, persoalan sampah dan limbah bisa berkurang. (*)