Parapuan.co - Di tempat di mana patriarki dijunjung tinggi, nasib perempuan jadi tidak pasti dan tidak bisa ditentukan oleh dirinya sendiri.
Di dunia kerja apalagi, diskriminasi terhadap perempuan banyak ditemui, padahal tak sedikit orang yang menyuarakan kesetaraan gender.
Perempuan setinggi apapun prestasinya, seringkali masih dianggap kurang dari laki-laki sehingga kemungkinannya untuk naik jabatan sedikit sekali.
Baca Juga: Sering Dialami! Kenali Perilaku dan Dampak Seksisme untuk Perempuan
Secara istilah sebagaimana melansir Builtin.com, diskriminasi seperti itu disebut dengan glass ceiling.
Definisi Glass Ceiling
Glass ceiling merupakan metafora tentang hambatan hierarkis yang jelas, tapi tidak berwujud, yang mencegah kaum minoritas dan perempuan untuk mencapai kesuksesan lebih.
Istilah glass ceiling sendiri pertama kali dipopulerkan pada tahun 80-an untuk menggambarkan tantangan yang dihadapi perempuan yang memiliki karier profesional.
Baca Juga: Ingin Berhenti Kerja? Pertimbangkan 5 Hal Ini Sebelum Resign dari Kantor
Dahulu, karier perempuan terhambat dan biasanya berhenti di jabatan manajemen menengah, tidak bisa lebih tinggi dari itu.
Juga, tak ada dari perempuan yang menempati posisi eksekutif, apalagi untuk menjadi pemimpin perusahaan.
Penyebab Glass Ceiling di Dunia Kerja
Adanya glass ceiling di dunia kerja disebabkan oleh beberapa faktor.
Simak baik-baik, siapa tahu Kawan Puan pernah atau sedang mengalaminya nih!
1. Penyebab yang bersifat psikologis
Baca Juga: Bosan WFH? Cobalah 3 Saran Ahli Feng Shui Ini Agar Fokus Saat Bekerja Dari Rumah
Secara psikologis, manusia cenderung akan menyukai orang-orang yang memiliki kesamaan dengan mereka, terutama jika baru pertama bertemu.
Hal seperti ini berlaku di dunia kerja saat perekrutan karyawan baru dilakukan.
Apabila perekrut dan jabatan-jabatan tinggi lainnya ditempati kaum laki-laki, secara psikologis, mereka juga akan memilih karyawan laki-laki.
2. Peran gender
Kawan Puan mungkin tak pernah menyangka bahwa stereotip tentang perempuan ternyata hampir sama di seluruh dunia.
Baca Juga: Ingin Bekerja Saat Hamil? Perhatikan Faktor Risiko Ini Demi Janinmu
Bahwasanya, dunia melihat peran gender seorang perempuan adalah untuk menjadi feminin, berada di rumah merawat anak-anak, dan mengerjakan pekerjaan rumah lainnya.
Anggapan mengenai peran perempuan itulah yang membuat dunia kerja seolah buta dan tidak berminat memberikan jabatan lebih tinggi kepada kaum kita.
Perempuan dianggap tidak mampu dan dinilai akan kesulitan membagi perannya, antara di rumah dengan di tempat kerja.
3. Bias gender
Baca Juga: Simak 4 Hal Ini Sebelum Tulis Surat Lamaran Kerja dalam Bahasa Inggris
Bias gender adalah di mana para perekrut memiliki kecenderungan untuk memilih salah satu, yaitu laki-laki ketimbang perempuan.
Tak peduli meski perekrut berjenis kelamin perempuan, biasanya mereka juga lebih condong memilih calon laki-laki untuk menempati jabatan manajerial atau di atasnya.
4. Pelecehan seksual
Perempuan kehilangan kesempatan meraih posisi lebih tinggi secara profesional karena berhenti bekerja.
Baca Juga: Yuk Cari Tahu 4 Keterampilan Umum yang Wajib Dimiliki Agar Sukses Berkarier
Sebagian besar penyebab mereka berhenti dari pekerjaannya ialah lantaran mengalami pelecehan seksual oleh atasan maupun rekan kerja.
Built In mencatat, di Amerika sebanyak 68 persen perempuan pernah mengalami pelecehan seksual.
Ironisnya dari jumlah tersebut, sebanyak 70 persen perempuan mengaku mendapatkan pelecehan di tempat kerja.
Cara Melawan Glass Ceiling di Tempat Kerja
1. Pahami dan diskusikan glass ceiling dengan rekan kerja
Baca Juga: Awkarin dan Cinta Laura Bicara Soal Kesetaraan Gender Dan Perempuan
Kawan Puan sudah mengerti tentang glass ceiling, bukan? Kalau sudah, bagikan informasi tentang ini ke rekan kerja.
Diskusikan pula dengan mereka tentang kemungkinan-kemungkinan praktik diskriminasi perempuan di kantor kalian.
Membicarakan hal ini dapat membantu membuka wawasan, serta bisa saja mencegah adanya diskriminasi di masa depan.
2. Lakukan perekrutan dengan cara blind screening
Supaya perekrutan karyawan tidak dipengaruhi oleh bias gender, perusahaan dapat melakukan blind screening.
Baca Juga: Tak Cuma Self-Awareness, 3 Masalah Ini Sering Menghambat Karier Kita
Proses blind screening berarti tidak menyertakan informasi terkait nama, minat, dan pengalaman, yang sekiranya dapat menimbulkan asumsi soal gender, ras, atau suku kandidat.
Teknik ini merupakan cara sederhana menemukan kandidat terbaik berdasarkan kemampuan yang dimiliki dan tidak bias.
3. Pelatihan rutin seputar bias dan stereotip gender
Adakan pelatihan rutin yang membahas bias dan stereotip dengan pembicara ahli yang paham tentang keberagaman.
Cara ini dapat menjadi pelajaran bagi semua karyawan agar tidak membeda-bedakan rekan atau atasannya berdasarkan gender semata.
Baca Juga: 4 Kesenjangan Gender yang Dialami Perempuan dalam Dunia Kerja
4. Buat kebijakan anti diskriminasi
Apabila jabatanmu di perusahaan cukup tinggi, kamu bisa membuat atau memberikan usulan agar perusahaan membuat kebijakan anti diskriminasi.
Namun, sebelum itu, pastikan kamu sudah membaca dasar hukum yang berlaku terkait diskriminasi dan dunia kerja.
5. Bantu mereka yang alami pelecehan seksual di tempat kerja
Jika ada rekan yang mengaku padamu bahwa dirinya pernah dilecehkan atasan atau rekan kerja, jangan diam saja.
Bantu ia dengan memberikan dukungan moral, bila perlu temani ia melapor pada pihak berwajib dan meminta perlindungan.
(*)