Parapuan.co - Isu ancaman resesi ekonomi yang akan terjadi di beberapa negara dunia, tentu mengkhawatirkan.
Resesi ekonomi suatu negara terjadi ketika pertumbuhan ekonomi riil di suatu negara mengalami penurunan selama kurun waktu tertentu.
Tapi Kawan Puan jangan khawatir meski resesi mengancam, investasi masih bisa dilakukan.
Co-Founder Ternak Uang Timothy Ronald menilai bahwa iklim investasi di pasar modal, termasuk saham, masih berpotensi menghasilkan keuntungan.
Pasalnya, di masa resesi ini, masih ada beberapa sektor yang masih 'seksi' untuk dijadikan sebagai ladang penghasil cuan.
Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih saham di masa resesi. Bagaimana caranya?
1. Jangan Taruh Terlalu Banyak Portofolio Saham
Berinvestasi saham di masa resesi harus berhati-hati.
Dalam hal ini, Timothy menyarankan agar menaruh satu atau dua portofolio saham saja.
Baca Juga: Simak Tips Investasi Saham untuk Pemula dari Kaesang Pangarep
Pasalnya, akan sulit jika mengelola terlalu banyak saham. Ia juga mengatakan agar memperhatikan saham tersebut.
"Meski portfolionya sedikit, pilih saham-saham yang profitable dan risiko kerugiannya asimetris atau kecil," terangnya.
2. Jangan Ragu Keluarkan Jumlah Besar
Setelah memiliki gambaran perusahaan, Kawan Puan bisa berinvestasi.
Dalam hal ini, tak usah takut untuk berinvestasi dengan jumlah besar agar peluang cuan lebih banyak.
Pilih perusahaan kecil atau yang baru IPO.
"Pilih (saham) yang kecil-kecil saja. Selain harganya murah, potensi cuannya lebih banyak kalau perusahaannya membesar," sebut pria berkacamata tersebut.
3. Lihat Bisnis Makro
Timothy mengatakan untuk menganalisis sektor makronya terlebih dahulu.
Baca Juga: Selain Memilih Instrumen, Ini 3 Tips Investasi untuk Perempuan
Hal ini juga disebut dengan top to down analysis, yakni melakukan analisis dari hulu ke hilir.
Analisis ini diperlukan untuk mengetahui seluk beluk saham yang akan dipilih untuk investasi.
"Setelah dipahami, cari relevansi industrinya karena akan memudahkan dalam mencari potensi cuan, misalnya di sektor energi, utamanya batu bara dan minyak.
"Kenapa pilih emiten dari sektor energi? Karena itu komoditas mahal saat ini, sehingga potensi cuan lebih besar," imbuhnya.
4. Gunakan Bandarmology
Kawan Puan juga bisa menggunakan strategi bandarmology.
Bandarmology sendiri merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana orang-orang menggunakan pergerakan bandar saham guna mengetahui pergerakan harga saham dalam waktu dekat.
Timothy pun mengatakan bahwa strategi bandarmology dipakai untuk saham GoTo.
"Dulu harga saham GoTo sempat anjlok ke angka Rp 200 per lembar saham, strategi bandarmology masih bisa mengerek harganya ke nilai yang stabil, sekitar 380 per lembar saham. Itu pakai bandarmology," ungkapnya.
5. Batasi Dana yang Dialokasikan
Timothy menyarankan bahwa takaran investasi di pasar modal hanya 20-30 persen dari total kekayaan yang kita punya.
Hal ini mengingat kondisi resesi yang tidak pasti.
Karenanya, penting untuk menerapkan batas pada nilai investasi.
"Selama konflik Rusia dan Ukraina belum mereda, kemungkinan besar inflasi belum bisa terkendali. Jadi, kalau saya sarankan sih 20-30 persen saja," sebut Timothy.
Asalkan berada pada jalur yang tepat, investasi di masa resesi pun masih bisa menghasilkan cuan, Kawan Puan.
Baca Juga: Sedang Tren Investasi Pasar Modal, Ini Dia Cara Laporkan Saham di SPT Tahunan