Parapuan.co - Kawan Puan, apakah kamu pernah mendengar istilah slut shaming?
Slut shaming dapat dikategorikan sebagai salah satu kekerasan pada perempuan secara verbal.
Selain itu, fenomena ini juga bisa kamu temui saat menonton sinetron atau film, tepatnya ketika adegan sesama perempuan saling menghina dan memanggil dengan kata-kata kasar.
Contoh lainnya, bisa Kawan Puan temukan pada komentar-komentar negatif warganet yang menggunakan julukan tertentu, seperti 'pelacur' atau semacamnya.
Seperti yang dikutip dari Oxford Dictionaries, slut shaming merupakan label atau stigma yang diberikan kepada seseorang, karena ia dianggap berperilaku sensual, tujuannya untuk mempermalukan sekaligus merendahkannya.
Umumnya, slut shaming dilontarkan atas penampilan mereka, mulai dari cara berpakaian hingga dugaan aktivitas seksual.
Dampak dari kekerasan pada perempuan ini pun cukup beragam, seperti korban akan merasa tidak berharga, malu hingga menimbulkan tekanan hidup.
Hampir dilakukan di setiap negara, lantas apa penyebab slut shaming bisa terjadi di masyarakat?
Berikut dia lima tanda kamu telah menerima kejahatan pada perempuan jenis slut shaming, mengutip dari Teen Vogue!
Baca Juga: Berkaca dari Layangan Putus, Ini Tanda Perempuan jadi Korban Perselingkuhan
1. Merendahkan busana perempuan lain
Kawan Puan pernah mendapatkan komentar negative karena pakaianmu dinilai kurang memenuhi norma kesopanan?
Meski terkesan sepele, komentar negatif yang merujuk pada pakaian termasuk salah satu ciri slut shaming, lho.
Akibat kejahatan pada perempuan ini, tak sedikit perempuan yang kehilangan rasa percaya dirinya dan menarik diri dari lingkungan.
2. Asumsi perempuan berdandan hanya untuk laki-laki
Salah satu ciri kekerasan pada perempuan jenis slut shaming adalah anggapan bahwa perempuan merias wajah hanya demi mengesankan laki-laki.
Jenis komentarnya pun beragam, mulai dari menor, berlebihan hingga kata-kata kotor seperti 'pelacur'.
Padahal memulaskan makeup ke wajah merupakan cara merawat kesehatan kulit.
Baca Juga: 5 Penyebab Korban Kekerasan pada Perempuan Sering Alami Self Blaming
3. Menyalahkan sesama perempuan saat menjadi korban revenge porn
Melakukan aktivitas seksual dengan pasangan memang hak setiap perempuan.
Namun, kamu harus lebih hati-hati, sebab hal ini bisa menimbulkan kekerasan pada perempuan setelah putus.
Salah satu bentuk kekerasan tersebut misalnya, ancaman menyebarkan foto bugil atau yang dikenal sebagai revenge porn.
Alhasil, ketika foto tersebut tersebar di jejaring internet, slut shaming berupa komentar-komentar negatif pun datang menyerang kita.
Tak hanya bisa merusak kehidupan sosial, korban tentu akan merasa malu, tidak berharga bahkan depresi.
4. Merendahkan perempuan yang membagikan kegiatan berbau seks
Kasus ini banyak ditemui pada aktris, mulai dari ada yang mencuri foto atau video pribadinya, hingga keinginan sang public figure untuk membagikan aktivitasnya.
Sebagai contoh, saat aktris muda dan berbakat, Adhisty Zara membagikan video mesra melalui close friend Instagramnya.
Namanya langsung menempati trending di Twitter dan warganet pun memberikan berbagai komentar negatif hingga kejahatan pada perempuan jenis slut shaming mengarah kepadanya.
Akibat kejadian tersebut, Zara pun sempat menghilangkan akun Instagramnya selama beberapa saat.
Sebaiknya, kita tidak boleh memberikan komentar miring seperti itu ya, selain kurang mengenakkan, slut shaming bisa memberikan dampak serius bagi korban.
Baca Juga: Kekerasan pada Perempuan di Tempat Kerja, Begini 5 Cara Melaporkan
5. Mengajak hubungan seksual
Seringkali laki-laki cenderung menjadikan perempuan sebagai objek seksnya, sehingga tak sungkan untuk mengajak berhubungan seksual baik secara lisan maupun tulisan melalui chat atau komentar di media sosial.
Tanpa disadari hal ini termasuk slut shaming, lho. Dampaknya, perempuan tentu akan merasa jijik, risih hingga mempertanyakan kualitas di dalam dirinya.
Kawan Puan, itulah penjelasan tentang apa itu slut shaming dan beberapa penyebabnya.
Setelah mengetahui hal tersebut, ada baiknya kita menghindari salah satu bentuk kekerasan pada perempuan ini ya. (*)