Parapuan.co - Sejak awal, vaksinasi Covid-19 diprioritaskan kepada kelompok berisiko, contohnya mereka yang lanjut usia (lansia).
Namun, berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, per 12 Agustus 2021, dari total 21.553.118 target penerima vaksin COVID-19 kelompok lansia, baru 4.979.210 (23,10 persen) yang mendapat vaksin dosis pertama dan baru 3.383.747 (15,70 persen) yang sudah mendapat vaksin dosis kedua.
Tentu jumlah lansia yang sudah tervaksinasi ini masih jauh dari target pemerintah.
Baca Juga: Penjelasan WHO Soal Risiko Ibu Hamil Terinfeksi Virus Covid-19
Dalam pemaparannya di acara "Indonesia Perlu Peran Proaktif Keluarga sebagai Support System untuk Membangun ‘Kekebalan Keluarga’ dalam Menuntaskan Target Vaksinasi Lansia dan Mencapai Target ‘Herd Immunity’," dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, juru bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan, mengungkap jika target pemerintah adalah 70 persen dari jumlah kelompok.
"Tujuan kita adalah mencapai herd immunity, dan oleh karena itu harus mencapai 70 persen dari jumlah sasaran. Dan kita sudah dari awal sesuai dengan rekomendasi WHO bahwa kelompok dengan risiko tinggi, memiliki penyakit penyerta atau komorbid dan risiko penyakit parah dan risiko kematian yang lebih tinggi harus yang pertama-pertama dilindungi," jelas dr. Nadia.
Dijelaskan pula lambatnya pencapaian target vaksinasi ini disebabkan oleh beberapa faktor terkait akses, dukungan, dan juga masih adanya vaccine hesitancy pada lansia.
Baca Juga: Kabar Duka, Penyanyi Asal Malaysia Siti Sarah Meninggal Dunia
Di sisi lain, banyak lansia tidak mau atau memilih untuk tidak divaksinasi karena sebagian besar tidak memiliki pengetahuan yang memadai, sehingga takut akan kemungkinan efek samping.
Banyak juga lansia yang tidak memiliki akses untuk mendapatkan vaksin, yang disebabkan oleh ketidaktahuan tentang cara mendaftarkan diri, mendapatkan informasi, atau mendatangi lokasi vaksinasi.
Berbagai kendala yang dihadapi oleh lansia ini dilatarbelakangi kenyataan bahwa mereka tidak memiliki support system yang dapat membimbing, membantu dan mengantarkan mereka mendapatkan vaksinasi.
Mengetahui hal ini, Juru Bicara Vaksinasi tingkat Pusat dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) dr. Reisa Broto Asmoro menggaris bawahi pentingnya advokasi kepada generasi millenial dan keluarga muda.
Hal ini bertujuan agar mereka bukan saja lebih peduli terhadap pentingnya membangun ‘kekebalan keluarga’, tapi sadar ada kewajiban moral bahwa kekebalan dan perlindungan bersama harus dibuat merata dan setara.
dr. Reisa juga menjelaskan bahwa ada tiga hal yang perlu dilakukan masyarakat terutama kepada anggota lansia di keluarga mereka untuk mencapai taget vaksinasi.
"Pertama, memberikan informasi yang tepat terkait lokasi dan manfaat vaksinasi COVID-19. Kedua, memastikan lansia terdaftar dan antar mereka ke lokasi vaksinasi COVID-19. Ketiga, mendampingi lansia agar nyaman saat proses vaksinasi berlangsung," papar dr. Reisa.
Baca Juga: Tak Hanya Sayuran, Ternyata Kopi Juga Bisa Tingkatkan Imunitas Tubuh
Ia berpendapat bahwa kunci sukses vaksinasi adalah merata dan setara dengan tujuan untuk melindungi sesama.
"Semoga kelompok sasaran penting untuk dipastikan mencapai minimum target 70 persen. Itulah makna sebenarnya dari kekebalan bersama,” lanjutnya.
dr. Reisa pun mengingatkan kalaupun sudah berhasil membuat sekeluarga tervaksinasi, vaksin adalah salah satu lapisan pertahanan.
Dan belum ada vaksin yang 100 persen melindungi diri dari Covid-19 sama sekali.
“Jadi, lanjutkan disiplin prokes, dukung testing, tracing, treatment dan sukseskan vaksinasi. Bersama-sama untuk kepentingan semua," tutupnya. (*)