Parapuan.co - Panic buying di masa pandemi seperti sekarang terjadi bukan tanpa alasan.
Ada beberapa faktor yang membuat seseorang berbelanja satu atau sejumlah barang secara besar-besaran saat pandemi.
Salah satu yang mendorong panic buying tersebut adalah adanya perubahan perilaku konsumen antara sebelum dan sesudah pandemi virus Corona.
Seperti diketahui, pandemi membuat sebagian orang mengubah kebiasaan mereka dalam berbelanja.
Pertama, yaitu mereka yang berbelanja dengan datang langsung ke toko atau supermarket dalam partai besar.
Kedua, mereka yang memilih berbelanja dari rumah secara daring yang bisa dilakukan kapan dan di mana saja.
Baca Juga: Kenali 3 Tipe Orang yang Kecanduan Belanja Online, Kamu yang Mana?
Hal tersebut membuat perilaku pebisnis atau pemilik usaha juga ikut berubah, menyesuaikan dengan perubahan konsumen.
Mereka beralih berjualan daring, yang semakin lama tentu akan menjadi kebiasaan baru, bahkan setelah pandemi berakhir.
Stacy Thomson, wakil direktur e-bisnis Scrum50 menyebutnya sebagai kebiasaan belanja new normal.
"Pandemi atau tidak, sebagian besar merk akan selalu memiliki persentase penjualan yang berasal dari ritel," kata Stacy Thomson sebagaimana mengutip ecommercetimes.com.
"Perubahan perilaku telah menciptakan lonjakan model bisnis baru seperti kit, layanan berlangganan, dan pengalaman online," ungkapnya.
Source | : | Ecommercetimes.com |
Penulis | : | Arintha Widya |
Editor | : | Tentry Yudvi Dian Utami |
KOMENTAR