Parapuan.co - Kawan Puan, sebagai perempuan sudah sepantasnya kalau kita menjaga kesehatan tubuh pada area yang terlihat maupun tidak.
Misalnya saja kesehatan area kewanitaan.
Sebab, jika area intim seperti vagina tidak dijaga dan dibersihkan dengan baik, bisa saja menimbulkan gangguan yang bisa membahayakan diri sendiri.
Contohnya vaginosis bakterial yang merupakan suatu kondisi yang terjadi ketika ada terlalu banyak bakteri tertentu di vagina.
Akibatnya, lingkungan vagina menjadi tidak seimbang.
Baca Juga: Peta Perjalanan 30 Desa Wisata Tematik Diluncurkan, Siap-siap Berlibur ke NTT!
Jika terkena vaginosis bakterial dan tak segera diobati, kamu bisa mendapat gangguan lainnya, seperti kelahiran prematur hingga penyakit radang panggul.
Wah sungguh mengerikan ya, Kawan Puan.
Oleh sebab itu, sebelum vaginosis bakterialis menjadi parah, ada beberapa cara untuk mengobati dan mencegahnya dari rumah saja.
Mengutip dari Healthline, berikut ini caranya:
1. Yogurt
Yogurt adalah probiotik alami, yang berarti memiliki banyak bakteri sehat di dalamnya.
Makan yogurt dapat membantu memasukkan bakteri sehat kembali ke dalam tubuh.
Hal ini membantu membangun lingkungan vagina yang seimbang dan dapat membantu melawan bakteri jahat.
Untuk mendapatkan manfaat penuh, setidaknya konsumsi satu porsi yogurt per hari.
Baca Juga: Seiring Bertambah Umur, Ini Perubahan yang Normal Terjadi pada Vagina
2. Probiotik
Kawan Puan, yogurt mengandung probiotik alami. Tapi selain yogurt, kamu juga boleh mengonsumsi suplemen probiotik.
Berdasarkan jurnal Effects of probiotics on the recurrence of bacterial vaginosis: a review disebutkan bahwa mengonsumsi suplemen probiotik setiap hari dapat membantu mengobati dan mencegah bakterial vaginosis.
Apabila Kawan Puan penderita vaginosis bakterial, cobalah minum probiotik setiap hari untuk membantu mengobati dan mencegah kasus vaginosis bakteri di masa depan.
3. Bawang putih
Penelitian Comparing the Therapeutic Effects of Garlic Tablet and Oral Metronidazole on Bacterial Vaginosis: A Randomized Controlled Clinical Trial menguji dan membangingkan penggunaan tablet bawang putih, dan metronidazol oral, antibiotik.
Hasil studi menunjukkan bahwa mengonsumsi tablet suplemen bawang putih bisa menjadi pilihan untuk mengobati bakterial vaginosis.
Hal ini terjadi karena bawang putih itu memiliki sifat anti bakteri yang sangat kuat.
Baca Juga: Negara Uni Eropa Terapkan Sertifikat Vaksin Covid-19 Digital untuk Turis
4. Hidrogen peroksida
Sebuah studi pada 2003 berjudul Utilisation of hydrogen peroxide in the treatment of recurrent bacterial vaginosis menyebut hidrogen peroksida dapat mengobati vaginosis bacterial.
Penggunaan satu ons hidrogen peroksida setiap hari selama satu minggu sebagai irigasi vagina dapat membantu mengobati vaginosis bakteri.
5. Tea tree oil
Tea tree oil memiliki sifat anti bakteri dan anti jamur yang kuat dan dapat membantu mengobati vaginosis bakteri.
Minyak atsiri seperti tea tree oil perlu diencerkan dengan minyak lain seperti kelapa, almod, atau pun zaitun.
Ada berbagai cara menggunakan tea tree oil untuk mengobati vaginosis bakterial, termasuk mencampurnya dengan minyak kelapa atau lainnya dan merendam tampon di dalamnya.
Pastikan kamu memilih minyak yang tidak alergi bagimu dan campurkan 5-10 tetes tea tree oil dalam satu ons minyak yang disebutkan tadi.
Baca Juga: Alasan Mengapa Kita Kerap Memutar Lagu Kesukaan Berulang Kali
6. Gunakan pakaian dalam berbahan katun
Jenis pakaian dalam tertentu, termasuk spandeks, tidak begitu menyerap keringat seperti pakaian dalam berbahan katun.
Mengenakan pakaian dalam yang terbuat dari bahan spandeks ini dapat memerangkap kelembapan.
Hal ini dapat menyebabkan vagina menjadi tempat berkembang biak bagi bakteri dan dapat memperburuk infeksi bakteri pada area kewanitaan.
Menurut University of New Hampshire’s Department of Health and Wellness, sebaiknya gunakan pakaian dalam berbahan katun yang dapat menyerap keringat.
Selain itu, hindari memakai celana ketat, ya.
7. Asam borat
Kapsul asam borat dapat digunakan untuk mengobat vaginosis bakterial.
Hal tersebut dibuktikan dalam sebuah studi Boric Acid Addition to Suppressive Antimicrobial Therapy for Recurrent Bacterial Vaginosis.
Studi ini menguji kombinasi terapi antimikroba penekan dan asam borat intravaginal digunakan untuk mengobati vaginosis bakteri berulang pada 58 perempuan.
Hasil studi menunjukkan berbagai tingkat keberhasilan pengobatan.
Tingkat keberhasilan dikategorikan berdasarkan susunan jalannya pengobatan.
Aman digunakan di vagina dan terbukti sama efektifnya dengan beberapa pendekatan medis untuk pengobatan.
Namun, perhatikan bahwa asam borat tidak dapat dimakan dan tak boleh digunakan untuk ibu hamil.
Selain itu jauhkan asam borat dari anak-anak dan hewan, ya.
Baca Juga: Alasan Mengapa Kita Kerap Memutar Lagu Kesukaan Berulang Kali
8. Jangan melakukan douche
Beberapa perempuan melakukan douche karena mereka percaya itu membuat vagina "lebih bersih."
Namun, pada kenyataannya, hal itu dapat mengganggu keseimbangan alami bakteri vagina dan meningkatkan kemungkinan infeksi.
Kawan Puan harus paham kalau vagina bisa membersihkan dirinya sendiri, sehingga kamu tak perlu melakukan douching.
9. Seks yang lebih aman
Berdasarkan Office of Women's Health, menggunakan kondom dapat membantu mengurangi risiko bacterial vaginosis.
Sebab, berhubungan seks dengan pasangan seksual tanpa menggunakan pengaman dapat meningkatkan risiko.
Oleh sebab itu, selalu gunakan kondom atau metode penghalang lainnya untuk membantu mempraktikkan seks yang lebih aman.
Baca Juga: 3 Langkah yang Bisa Dilakukan Orang Tua untuk Mencegah Obesitas pada Anak
10. Jaga kebersihan
Kawan Puan, anus dan vagina itu berdekatan.
Jadi, dengan menjaga kebersihan yang baik, dapat membantu mengobati dan mencegah kasus vaginosis bakterial.
Selalu bersihkan vagina dari depan ke belakang setelah kamu buang air.
Ini berarti menyeka dari vagina ke arah rektum untuk menghindari kontaminasi dari tinja.
Berikut adalah beberapa tips tambahan:
Ternyata untuk mencegah dan mengobati vaginosis bakterial di rumah itu bisa dilakukan dengan mudah ya.
Jadi yuk segera praktikkan, sebab mencegah lebih baik dari pada mengobati. (*)