Jadi Pemain Kunci Pengelolaan Energi di Rumah Tangga, Perempuan Perlu Dilibatkan dalam Transisi EBT

By Yussy Maulia, Selasa, 8 November 2022

Transisi EBT menjadi salah satu isu utama dalam forum G20.

Parapuan.co – Keterlibatan perempuan dalam mendukung percepatan transisi energi dari energi fosil ke energi baru dan terbarukan (EBT) menjadi salah satu pembahasan utama yang disorot dalam forum Energy Transitions Working Group (ETWG) G20.

Seperti diketahui, perempuan memiliki potensi dan pengalaman dalam mengelola sumber daya energi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, mulai dari memasak, menyalakan perangkat elektronik, hingga menghidupkan pompa air.

Kondisi tersebut juga menempatkan perempuan sebagai pihak yang memiliki kemampuan untuk mengelola dan mengambil keputusan terkait penggunaan energi bersih di lingkup rumah tangga.

Chairman of ETWG Yudo Dwinanda Priaadi menegaskan, pengembangan EBT di Indonesia perlu dibarengi dengan konsep pendekatan gender equality, disability, and social inclusion (GEDSI).

Baca Juga: Mengenal Ira Novianti, Chair of B20 WiBAC yang Perjuangkan Kesetaraan Gender di Unilever Indonesia

Hal itu dia sampaikan saat melakukan konferensi pers dalam forum The 3rd Energy Transitions Working Group (ETWG), di Hotel Grand Hyatt, Nusa Dua Bali, Kamis (1/9/2022).

“Transisi energi dilakukan secara berkeadilan dengan mempertimbangkan keterjangkauan harga, inklusivitas jenis energi dan teknologi, serta memastikan memberikan manfaat bagi semua kelompok masyarakat yang terdampak,” ungkap Yudo, dikutip dari laman g20.org.

Sebagai contoh, dalam mengembangkan EBT di daerah pedesaan, pemerintah dapat menggandeng dan mengedukasi kelompok dan organisasi perempuan terkait penggunaan EBT di lingkup rumah tangga, baik dari segi manfaat maupun efisiensi biaya.

“Kita ambil contoh teknologi panel surya dalam transisi energi fosil menjadi energi terbarukan. Transisi (energi) ke panel surya membutuhkan teknologi baru, (seperti) baterai lithium. Pihak yang paling rentan terdampak dari semua proses transisi ini adalah perempuan, anak-anak, dan kelompok rentan lainnya sehingga membutuhkan pendekatan GEDSI dalam prosesnya,” ujar Yudo dalam kesempatan terpisah.

Baca Juga: Jadi Salah Satu Agen Pemulihan Ekonomi, Penguasaan Skill Digital Diperlukan Perempuan