Apakah Perceraian Orang Tua Mempengaruhi Hormon Oksitosin Anak?

Saras Bening Sumunarsih - Rabu, 5 Mei 2021
Trauma pada anak mempengaruhi kesehatannya di masa depan
Trauma pada anak mempengaruhi kesehatannya di masa depan freepik.com

Parapuan.co - Mengalami perceraian orang tua selama masa kanak-kanak adalah hal yang cukup berat.

Terlebih saat mereka berusia 6 hingga 12 tahun.

Dalam usia tersebut anak-anak mulai memahami bagaiama keadaan lingkungan sekitar.

Mungkin sebelum kalian memutuskan untuk berecerai, mereka merasakan adanya perubahan di dalam rumah seperti orang tua yang mudah bertengkar, saling diam, dan tak jarang jika intensitas bertemu di dalam rumah menjadi berkurang.

Keadaan ini mempengaruhi hormon oksitosin yang ada dalam diri anak.

Baca Juga: Picky Eating, Anak Suka Pilih-Pilih Makan Bukan Hanya Sekedar Kebiasaan

Melansir dari Verywellmind.com, hal ini seperti diungkapkan dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Comparative Psychology pada September 2020.

"Ada bukti kuat bahwa kesulitan yang dialami sejak kecil dapat mempengaruhi oksitosin jangka panjang," kata Dr. Cleopatra Kamperveen, ahli kesuburan dan direktur eksekutif The Fertility and Pregnancy Institute.

Penilitian ini menyatakan bahwa anak-anak yang orang tuanya bercerai sejak mereka kecil, rata-rata kehilangan setengah dari jumlah oksitosi mereka dibanding anak-anak yang tidak mengalami pereceraian.

Peran Oksitosin

Oksitosin sering disebut dengan hormon cinta yang ada di dalam tubuh.

Oksitosin memiliki banyak peran seperti gairah seksual, kebahagiaan, dan rasa cemas.

Oksitosin dapat meningkat dengan adanya sentuhan fisik.

Pada perempuan, oksitosi dilepaskan selama masa persalinan dan menyusui.

Oksitosin dapat meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi saat menyusui.

Saat menyusui, perempuan akan merasa lebih tenang dan bahagia.

Saat itulah oksitosin berperan dalam tubuh.

Baca Juga: Si Kecil Mulai Tumbuh Dewasa, Beri Penjelasan Bijak Soal Perceraian

Dampak Perceraian.

Perceraian memiliki dampak yang ditimbulkan, terlebih dialamai saat masih anak-anak.

Dalam jangka waktu tertentu, perceraian akan menyebabkan:

- Rasa gelisah

- Perasaan kacau

- Sulit berkomunikasi

- Rasa bersalah

Dalam jangka panjang, pereceraian orang tua membawa dampak yang lebih buruk seperti ketakutan di masa depan untuk membangun hubungan.

Saat dewasa anak-anak mungkin berpikir jika mereka menjalin hubungan, maka akan berujung dengan perceraian.

Seperti pengalaman mereka saat kecil.

Pemikiran tersebut timbul karena adanya trauma.

Trauma pada anak akan melekat pada ingatan mereka.

Terlebih jika ada hal memicu mereka mengingat perceraian orang tuanya.

Baca Juga: Bagaimana Cara Agar Anak Lebih Suka Makan Sayur? Ikuti Tips Ini

Meskipun penelitian ini menyatakan jika perceraian memengaruhi hormon oksitosin namun, ketakutan anak-anak untuk membangun hubungan yang baru di masa depan tidak sepenuhnya mutlak.

"Ini tidak berarti bahwa tingkat oksitosin yang lebih rendah, akan mempengaruhi hubungan anak di masa depan," ucap Samantha Jeffries.

Meskipun kadar hormon oksitosin pada anak-anak yang mengalami pereceraian tidak sama dengan anak yang tidak mengalami keadaan tersebut.

Bukan berarti mereka akan mengalami kegagalan seperti yang orang tua mereka alami. (*)

 

Sumber: Verywellmind.com
Penulis:
Editor: Maharani Kusuma Daruwati