Metode Blended Learning, Solusi Belajar Mengajar di Tengah Pandemi

Firdhayanti - Selasa, 4 Mei 2021
Ilustrasi belajar dari rumah.
Ilustrasi belajar dari rumah. freepik.com

 

Parapuan.co - Pandemi mengakibatkan banyak perubahan dalam tatanan kehidupan, tak terkecuali kegiatan belajar mengajar di sekolah. 

Kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka yang semula dijalankan kini beralih ke pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan dilakukan secara daring. 

Pada awal kemunculan pandemi, e-learning atau pembelajaran diberlakukan hampir pada semua sekolah. 

Baca Juga: 5 Aplikasi Belajar Daring Buatan Lokal, Bantu Anak Belajar dari Rumah

Namun, tak semua KBM efektif dilakukan dengan pembelajaran daring. 

Baru-baru ini, terdapat istilah blended learning

Melansir dari laman Teach Thought, blended learning adalah adalah pembelajaran yang menggabungkan pengalaman belajar tatap muka dan daring.

Idealnya, pembelajaran dilakukan dengan konsep hybrid dengan mengambil kelebihan dari dua metode pelajaran ini.

Melansir dari laman Binus.ac.id, blended learning ini memiliki beberapa keuntungan. 

1. Efektif dan Efisien 

Dengan metode blended learning, belajar dapat sebagian besar dilakukan melalui internet. 

Untuk mendapatkan umpan balik dari apa yang dipelajari dan menyelesaikan pelajaran yang tak bisa diakomodasi dengan internet dapat diadakan pertemuan tatap muka minimal satu kali dalam seminggu. 

Di tengah pandemi, metode ini secara teori lebih efektif karena meminimalisir kontak dengan kerumunan lain.

Baca Juga: Peringati Hari Pendidikan Nasional, Ini Pentingnya Kesetaraan Pendidikan bagi Perempuan

Menggunakan metode blended learning juga dapat menghemat biaya dan waktu.

Pertama, siswa tak perlu mengeluarkan biaya transportasi untuk ke sekolah dengan sering.  

Selain itu, siswa juga tak harus memiliki buku fisik. Siswa hanya perlu mengunduhnya melalui internet sehingga lebih efisien. 

2. Materi Interaktif

Materi pelajaran yang disajikan lewat internet dibuat menjadi media-media interaktif agar lebih mendetail dan menarik siswa. 

Media belajar tersebut bisa digunakan sesuai dengan cara belajar masing-masing peserta. 

Berbagai media pembelajaran seperti video interaktif, video penjelasan dari guru, bahkan podcast pun bisa dimanfaatkan. 

Semua ini ditambah lagi dengan berbagai live session, obrolan daring dan berbagai dukungan teknologi lainnya.

Baca Juga: Arisan Parapuan Ajak Perempuan Indonesia untuk Mewujudkan Mimpinya

3. Dapat Dilakukan Dimana Saja 
Setiap siswa  memiliki cara belajar yang berbeda-beda. Ada siswa yang nyaman belajar di pagi hari, sore hari atau bahkan belajar di malam hari sambal bersantai dan mendengarkan musik.

Ada juga pelajar yang lebih nyaman belajar di kamar sendiri  atau di ruang kelas. Menggunakan metode blended learning ini, pelajar dapat mengatur sendiri waktu dan tempat belajarnya.

Penerapan Sistem Blended Learning di SMA Lazuardi 

Metode blended learning sendiri sudah diterapkan di beberapa sekolah di Indonesia, salah satunya adalah SMA Pintar Lazuardi, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat. 

SMA Pintar Lazuardi mengusung metode blended learning dengan berbasis aplikasi. 

Hadirnya SMA Pintar Lazuardi tak terlepas dari keinginan SMA Pintar lazuardi untuk menghadirkan keadaan sekolah yang terbaik dan sesuai dengan kebutuhan siswa, seperti yang dikatakan Haidar Bagir, Kepala Yayasan Lazuardi sekaligus pembina SMA Pintar Lazuardi. 

Baca Juga: Simak, Ini 7 Dampak Postif Membaca Bagi Si Kecil yang Ibu Wajib Tahu

Inovasi ini berjalan beriringan dengan pemikiran manusia dan zaman yang tidak pernah berhenti berkembang. 

"Karena itu sebagai konsekuensinya sekolah di Lazuardi itu tidak berhenti untuk memperbarui diri, tidak berhenti untuk belajar tentang gagasan baru di dunia pendidikan tentunya dunia persekolahan, memilih memilah dan menerapkan yang terbaik dari pendidikan," ujar Haidar dalam Virtual Open House SMA Pintar Lazuardi pada (1/5/2021) 

Alih-alih membuat untuk berbagai jenjang pendidikan, metode blended learning hanya diterapkan di SMA saja.

Hal ini terjadi karena berdasarkan riset yang dilakukan, Haidar mengatakan  penggunaan gadget sebelum usia 14 tahun memiliki akibat negatif bagi anak-anak. 

"Jadi ini bukan anti IT, anti komputer,  tapi anti penggunaan gadget seharian di kelas," kata Haidar. 

Karena itu metode blended learning berbasis aplikasi ini hanya baru diterapkan di SMA. Namun, hal ini tak menutup kemungkinan adanya penemuan cara penggunaan teknologi di ranah pendidikan yang baik untuk anak SMP, SD, bahkan TK. 

Mengenai aplikasi yang digunakan, Haidar mengatakan bahwa aplikasi learning management system (LMS) yang digunakan Lazuardi memiliki aspek kependidikan. 

Kata Pintar sendiri ternyata merupakan kepanjangan dari pedagogical intelligence architecture, yakni aspek-aspek pendidikan dalam aplikasi pembelajaran yang dikembangkan SMA Pintar Lazuardi. 

"Ini aplikasi LMS dengan pedagogical intelligence yang kalo boleh kami klaim itu baru dikembangkan oleh Lazuardi," ujarnya. 

Baca Juga: Tips Hadapi Remaja yang Mulai Membandingkan Hidupnya dengan Teman Sebaya

Mengusung tema blended learning, SMA Pintar Lazuardi memiliki tempat khusus yang disebut home base saat sesi tatap muka. 

"Saat tatap muka, itu yang jadi penekanan besar adalah kegiatan yang tidak bisa diwakilkan oleh kegiatan online seperti praktikum. kemudian konfirmasi ttg perkembangan sosial," kata Sonya Sinyanyuri, Kepala SMA Pintar Lazuardi dalam Sesi Media pada Virtual Open House SMA Pintar Lazuardi pada (1/5/2021) 

Semoga dapat membantumu ya, Kawan Puan! (*)