Di mana biasanya sampah elektronik ini menumpuk karena barang-barang elektronik bekas yang sudah tidak dipakai oleh pemiliknya.
Di samping itu, melansir dari mongabay.co.id, negara-negara di benua Asia menyumbang sampah elektronik paling banyak, yakni 25 juta ton.
Memang dalam prosesnya, ada sebagian besar komponen dari sampah elektronik bisa didaur ulang.
Akan tetapi, hanya 20 persen saja sampah elekktronik di dunia yang berhasil di daur ulang.
Sisanya dibakar, ditimbun, atau pun dibuang ke kawasan perairan, dan inilah yang menjadi persoalan yang menjadikan masalah bagi bumi.
Baca Juga: Selain Menyenangkan Orang Lain, Ini Manfaat Berbagi Kepada Sesama
Masih mengutip dari sumber yang sama, sampah elektronik mengandung logam berat seperti alumunium, antimon, besi, kadmium, kobalt, kromium, lithium, merkuri, nikel, perak, seng, tembaga serta timah.
Jika dipendam maka akan mencemari tanah dan air, yang dapat menimbulkan risiko kesehatan bagi manusia.
Oleh karena itu sampah elektronik harus diolah dengan baik dan tidak boleh asal-asalan.
Wah melihat risiko dari penumpukan sampah elektronik ini, tak ada salahnya bagi kita untuk mengikuti gaya hidup Anggun ya, Kawan Puan!
Selain bisa lebih berhemat, gaya hidup Anggun C. Sasmi juga bisa meminimalisir sampah elektronik.
Bagaimana Kawan Puan, siap menyontek sikap Anggun C. Sasmi yang tak sering gonta-ganti ponsel ini?(*)