Malahayati, RA Kartini, Butet Manurung: Wanita Pejuang Indonesia

Shenny Fierdha - Rabu, 10 Februari 2021
Ilustrasi wanita pejuang.
Ilustrasi wanita pejuang. Getty Images via BBC Indonesia

R.A. Kartini (1879-1904)

Raden Adjeng Kartini bersama suaminya.
Raden Adjeng Kartini bersama suaminya. Wikimedia Commons

Darah birunya tidak menghentikan Kartini dari perjuangannya menerapkan kesetaraan gender di bumi pertiwi.

Semasa hidupnya, dia kerap menentang budaya yang kala itu meyakini bahwa perempuan hanyalah aktor pasif dalam berkehidupan yang kebebasannya terus dikekang.

Kartini mendamba emansipasi perempuan.

Baca Juga: Ini Tema Hari Perempuan Internasional 2021 dan Cara Mengikutinya

Pada 1903, dia menikahi Bupati Rembang Raden Adipati Joyodiningrat yang mendukung Kartini mendirikan sekolah wanita tak jauh dari kantor Kabupaten Rembang.

Selain sekolah, kontribusi Kartini yang sampai sekarang masih bisa dinikmati ialah buku Habis Gelap Terbitlah Terang yang diterbitkan oleh sahabat penanya di Belanda, J.H. Abendanon, pada 1911.

Sumber: Kompas.com,tribunnews,kemdikbud.go.id,Bobo.id
Penulis:
Editor: Indira D. Saraswaty