Kesenjangan Keterampilan Generasi Muda Indonesia di Tengah Revolusi AI

Arintha Widya - Kamis, 17 Juli 2025
Kesenjangan keterampilan generasi muda di era AI.
Kesenjangan keterampilan generasi muda di era AI. Kaewta Suphan

Parapuan.co - Tingkat pengangguran pada pemuda Indonesia (usia 20–24 tahun) saat ini mencapai 15,34%. Angka ini lebih dari tiga kali lipat rata-rata pengangguran nasional yang berada di angka 4,91%. Di tengah realitas tersebut, kebutuhan akan pelatihan keterampilan kerja yang terjangkau dan relevan menjadi semakin mendesak.

Transformasi digital global turut mendorong perubahan tuntutan keterampilan di pasar kerja. Diperkirakan, Indonesia akan membutuhkan tambahan 9 juta pekerja digital pada tahun 2030. Namun, kesiapan tenaga kerja muda masih tertinggal jauh dari kebutuhan tersebut.

Melansir siaran pers Jobstreet, data terbaru menunjukkan hanya 36% pekerja Indonesia yang memiliki keterampilan digital dasar. Lebih memprihatinkan lagi, 67% pelajar Indonesia merasa tidak siap menghadapi lingkungan kerja yang terintegrasi dengan kecerdasan buatan (AI)—angka ini jauh lebih tinggi dibanding rata-rata global sebesar 48%.

Sementara itu, laporan Jobstreet by SEEK berjudul "Hiring Compensation and Benefit Report 2025" mengungkap bahwa 71% perusahaan di Indonesia kini mulai menempatkan pengetahuan AI sebagai aset penting dalam proses rekrutmen. Dalam konteks global, 86% perusahaan memperkirakan bahwa AI dan teknologi pemrosesan informasi akan mentransformasi bisnis mereka sebelum 2030.

Namun, kesiapan tenaga kerja Indonesia untuk menyambut perubahan ini masih menjadi tantangan besar. Berdasarkan laporan “Decoding Global Talent 2024: GenAI Edition”, sebanyak 52% kandidat asal Indonesia memang sudah mencoba GenAI dalam kehidupan atau pekerjaan mereka.

Hanya saja, sebagian besar lainnya masih tertinggal. Kabar baiknya, 72% profesional Indonesia menyatakan bersedia melakukan reskilling agar tetap relevan dalam lanskap kerja yang semakin didominasi oleh AI.

Akses Digital Belum Merata, Tapi Smartphone Jadi Solusi

Meskipun Indonesia memiliki tingkat penetrasi smartphone yang tinggi, akses terhadap pelatihan keterampilan digital yang memadai belum merata. Di daerah-daerah dengan keterbatasan pendidikan formal dan akses infrastruktur pelatihan, pelatihan digital melalui perangkat mobile menjadi solusi yang sangat potensial.

Platform berbasis video pendek dengan pendekatan mobile-first kini mulai dilirik sebagai jembatan untuk memberikan pelatihan literasi digital, pengenalan AI, pemasaran digital, analisis data, hingga layanan pelanggan—semua keterampilan yang sangat dicari di pasar kerja saat ini.

Baca Juga: Langkah Komdigi dan Jobstreet Tingkatkan Keterampilan AI Lewat elevAIte

Beberapa inisiatif bahkan telah bermitra dengan institusi besar seperti Microsoft, Binar Academy, hingga lembaga sertifikasi profesional untuk menyediakan konten pelatihan gratis dan bersertifikat. Sertifikasi ini menjadi penting bagi pemuda yang ingin menambah nilai jual di pasar kerja, terutama bagi mereka yang tidak memiliki latar belakang pendidikan formal tinggi.

Pentingnya Pendekatan Fair Hiring

Di luar pelatihan keterampilan, perhatian juga perlu diberikan pada kesetaraan kesempatan kerja. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan partisipasi angkatan kerja perempuan masih berada di angka 56,42%, jauh di bawah laki-laki yang mencapai 84,77%. Angka ini mencerminkan adanya kesenjangan yang harus diatasi, terutama dalam akses pelatihan dan rekrutmen yang setara.

Prinsip perekrutan berbasis keterampilan—bukan latar belakang gender, pendidikan, atau status sosial—harus menjadi standar dalam membangun tenaga kerja masa depan. Praktik perekrutan yang adil (fair hiring) dapat membuka lebih banyak peluang bagi kelompok-kelompok yang selama ini terpinggirkan, termasuk perempuan muda, penyandang disabilitas, atau lulusan non-universitas.

Memberdayakan Pemuda untuk Masa Depan Inklusif

Peringatan World Youth Skills Day setiap 15 Juli seharusnya menjadi momentum untuk mempercepat langkah-langkah pemberdayaan pemuda. Dengan populasi usia 15–24 tahun yang mencapai 44 juta jiwa, Indonesia memiliki potensi besar untuk mencetak generasi pekerja unggul. Namun, tanpa dukungan terhadap akses keterampilan, potensi ini bisa berubah menjadi beban sosial.

Setiap pemuda Indonesia berhak mendapat kesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup melalui pekerjaan yang bermakna. Untuk itu, keterampilan praktis yang sesuai dengan tuntutan industri saat ini, seperti pemanfaatan teknologi AI dan layanan digital, harus lebih mudah diakses oleh seluruh kalangan.

Gerakan-gerakan pelatihan daring berbasis komunitas atau platform pembelajaran terbuka kini menjadi tulang punggung dalam mendemokratisasi akses tersebut. Saatnya memperkuat kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk memastikan tidak ada pemuda yang tertinggal dalam revolusi industri berikutnya.

Baca Juga: 20 Peluang Karier Fleksibel Era Digital, Bisa Disesuaikan Berbagai Keterampilan

(*)

Penulis:
Editor: Arintha Widya