Sejak 10 tahun terakhir, terjadi perubahan paradigma di bidang pendidikan, khususnya di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan di Indonesia.
Hal ini juga didorong oleh analisis yang menunjukkan bahwa sistem yang ada sudah tak memberi hasil memuaskan.
Perubahan paradigma ini dari teacher centered ke student centered, yakni cara belajar yang menempatkan mahasiswa lebih aktif dan mandiri sebagai pembelajar dewasa.
Pembelajar dewasa bertanggung jawab penuh atas pembelajarannya sendiri, serta mampu belajar di luar keras dari sumber informasi mana pun.
Perubahan paradigma ini meliputi pendekatan yang disebut SPICES (Student Centered Learning, Problem Based Learning, Integratives, Community Based Learning, Electives, Systematic).
Ini adalah elemen penting dan perlu kemampuan semua pihak untuk memanfaatkan pengetahuan dan wawasan terkait proses pendidikan.
Sehingga mahasiswa perlu memilah serta memilih, apakah informasi yang ada berasal dari sumber terpercaya.
Dr. dr Lucy Widasari, Msi selaku alumni dan dosen Fakultas Kedokteran UKI Jakarta, menyarankan agar mahasiswa punya keingintahuan yang tinggi.
Program Officer Satgas Stunting Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ini juga mengatakan mahasiswa perlu menumbuhkan minat membaca, agar lebih update ilmu lewat belajar mandiri di luar kelas.
Baca Juga: Try Out Online Jadi Ajang Mengasah Kemampuan Mahasiswa sebelum Uji Kompetensi
Belajar mandiri bisa diperoleh dengan membaca dan menganalisis jurnal, diskusi dengan pakar, hingga bentuk aplikasi pembelajaran digital.
Selain itu, menyisihkan waktu dan durasi untuk membaca juga penting, misalnya 10 sampai 15 menit dalam sehari.
"Membangun kebiasaan membaca di sela-sela kesibukan tanpa kita sadari akan memberikan banyak inspirasi dan pengetahuan baru, hal ini sudah saya rasakan betul pada diri saya saat ini," kata Dr. dr. Lucy Widasari, MSidalam rilisnya.
Lucy juga mengungkapkan, seringkali ketika sudah lulus pendidikan, hanya beberapa hal saja yang diingat dan diaplikasikan. Padahal setelah lulus, seseorang bisa menjadi long life learner.
Berkembangnya teknologi seperti sekarang tentu memudahkan mahasiswa untuk mencapai target tujuan pembelajarannya.
Memahami hal ini, PT. Yapindo Jaya Abadi sebagai pengembang platform pembelajaran dan pelatihan digital bagi para mahasiswa Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, menyediakan aplikasi M3 (Micron Medical Multimedia) Kedokteran, yang disusun oleh Dr. dr.Lucy Widasari, MSi, dan tim.
M3 Kedokteran merupakan aplikasi pembelajaran ilmu Kedokteran berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia atau SKDI, dilengkapi dengan 15 modul ilmu dasar biomedis serta fitur audiovisual.
Aplikasi ini juga dilengkapi kuis interaktif dan update dengan tujuan meningkatkan minat dan kualitas pembelajaran mandiri mahasiswa.
Selain itu Aplikasi M3 Kedokteran telah berhak cipta dengan PT. Yapindo Jaya Abadi sebagai pemegang Hak cipta.
"Kita menggunakan sistem keanggotaan tanpa iuran. Cukup berbayar satu kali saat registrasi, mahasiswa itu mendapatkan akses aplikasi dan layanan keanggotaan sampai lulus menjadi dokter," kata Erwan selaku Direktur PT. Yapindo Jaya Abadi.
“Kita menggunakan sistem on-off, artinya online saat unduh, aktivasi dan update aplikasi dan offline saat mengoperasikan aplikasi sehingga mahasiswa akan hemat biaya dan data serta dapat menggunakannya kapanpun dan dimanapun walaupun tidak ada koneksi internet," tutup Erwan. (*)
Baca Juga: 5 Cara Gen Alfa Menciptakan Budaya Kerja di Masa Depan Menurut Ahli