Parapuan.co - Purple Hearts adalah sebuah film Netflix yang rilis tanggal 29 Juli 2022.
Sejak awal perilisannya, film ini telah menyita perhatian penonton terbukti dengan kesuksesannya yang masuk dalam jajaran tayangan terpopuler.
Film berdurasi kurang lebih 2 jam 2 menit ini bahkan berhasil merangsek ke jajaran '10 Film Teratas di Indonesia Hari Ini' di awal Agustus 2022.
Namun, apakah film ini sebagus popularitasnya yang lumayan tinggi di Netflix?
Purple Hearts adalah kisah dua orang yang jatuh cinta karena terbiasa hidup bersama setelah mereka melakukan pernikahan kontrak.
Karakter perempuan dalam film ini diceritakan mengidap diabetes sehingga harus membeli obat secara rutin demi menjaga kesehatannya.
Namun, dirinya yang hanya seorang pegawai bar, merangkap jadi pengantar makanan dan guru piano, membuatnya tidak memiliki cukup penghasilan untuk membeli obat diabetes.
Sementara itu, laki-laki dalam film ini adalah seorang marinir muda yang terjebak dalam utang dengan seorang pengedar narkoba.
Latar belakang mereka berdua yang memiliki masalah finansialnya masing-masing akhirnya membuat karakter perempuan mencetuskan ide untuk mereka menikah.
Baca Juga: Angkat Kisah Pernikahan Kontrak Marinir dan Calon Musisi, Intip Sinopsis Purple Hearts
Pernikahan mereka hanya untuk mendapat tunjangan pasangan yang didapat dari militer tempat karakter laki-laki ini bekerja.
Simak berikut review Purple Hearts dari PARAPUAN melansir dari Parapuan.co.
Karakter Perempuan Kuat dengan Isu Ibu Tunggal Imigran
Film Purple Hearts menampilkan karakter perempuan kuat dan gigih yang berjuang untuk bertahan hidup sekaligus memperjuangkan mimpinya.
Cassie Salazar (Sofia Carson) memiliki impian untuk menjadi penyanyi terkenal suatu hari.
Ia memiliki bandnya sendiri, di mana mereka kerap menciptakan lagu, manggung di kafe tempatnya bekerja, hingga berhasil ke festival musik terkenal.
Penggambaran karakter Cassie di sini adalah sebagai perempuan mandiri, berdaya, dan punya prinsip.
Sebagai anak perempuan satu-satunya dari seorang ibu tunggal, Cassie harus melakukan banyak pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Belum lagi obat-obatan yang harus ia beli tiap pekannya untuk bertahan hidup dari penyakit diabetes.
Baca Juga: Review Incantation, Film Horor Taiwan Tentang Kutukan Turun Temurun
Ia tidak punya siapa-siapa selain dirinya, ia pun tak bisa bergantung kepada ibunya yang berstatus sebagai imigran di mana sang ibu juga kerap mengalami diskriminasi dalam berbagai hal.
Cassie adalah seorang perempuan yang oleh karena tuntutan hidup dipaksa untuk mengatasi segala masalah yang terjadi dalam hidupnya seorang diri.
Dengan kondisinya itu, ia jadi perempuan yang berdaya, berani bilang tidak, bahkan melakukan perlawanan ketika ada salah seorang laki-laki pengunjung bar mencoba melecehkan dirinya.
Namun di sisi lain, Cassie juga terlihat sebagai seseorang yang merasa tidak membutuhkan siapapun di dunia ini selain dirinya sendiri. Ia merasa bisa mengatasi segala hal dengan mandiri, padahal kenyataannya bisa jadi tidak.
Oleh karena itu, karakter Cassie terkadang tampak sombong dan arogan karena merasa tidak membutuhkan orang lain, padahal bisa jadi pemikirannya itu disebabkan oleh diskriminasi yang ibunya alami sebagai imigran sekaligus hidupnya yang sulit.
Dua kepribadian bertolak belakang yang ada dalam diri Cassie membuat dirinya jadi karakter perempuan yang utuh, di mana ia memiliki sisi yang membuatnya mandiri namun sisi yang membuatnya kelihatan sombong.
Dari karakter Cassie, penonton bisa melihat bahwa di balik pribadi atau sikap seseorang dalam bertingkah sehari-hari, ada alasan kuat yang mendorong dirinya untuk berperilaku demikian.
Pernikahan sebagai Jalan Pintas Mengatasi Masalah Finansial
Lagi-lagi, pernikahan ditampilkan sebagai jalan pintas untuk mengatasi masalah finansial yang menyandung seseorang dalam hidupnya.
Baca Juga: Review Drama Our Blues yang Baru Saja Tamat, Raih Rating Tinggi di Akhir Episode
Di film Purple Hearts, Cassie setuju terlibat dalam pernikahan kontrak dengan seorang laki-laki marinir demi mendapatkan tunjangan dari pihak militer.
Marinir yang sudah memiliki pasangan dan menikah akan mendapat tunjangan yang cukup besar, di mana Cassie memanfaatkan kesempatan ini untuk membeli obat perawatan diabetesnya.
Cassie bahkan jadi sosok yang mencetuskan ide untuk melakukan pernikahan kontrak dengan seorang marinir.
Adalah Luke Morrow (Nicholas Galitzine) seorang marinir dengan utang besar yang setuju menikah dengan Cassie demi mendapatkan tunjangan.
Hubungan mereka kemudian dimulai dari ini, pernikahan kontrak demi mendapatkan tunjangan untuk membayar utang Luke Morrow dan membeli obat diabetes Cassie Salazar.
Hal yang menarik di sini adalah sosok Luke sebagai laki-laki tidak ditampilkan sebagai jalan keluar Cassie untuk mendapatkan uang dengan menikah kontrak.
Mereka berdua sama-sama membutuhkan uang untuk kehidupan masing-masing sehingga setuju untuk menikah demi tunjangan, sehingga bisa dibilang kalau pernikahan ini adalah usaha mereka berdua mendapat uang.
Baca Juga: Review Thirty Nine, Drama Korea yang Mengajarkan Soal Arti Kehilangan
(*)