Parapuan.co – Pola asuh anak menjadi hal penting yang wajib diketahui orang tua.
Pasalnya pola asuh anak akan memengaruhi kepribadian serta tumbuh kembang anak ke depannya.
Oleh karena itu, orang tua dan lingkungan sekitar perlu memilih pola asuh yang tepat, guna mendukung perkembangan anak.
Sayangnya, tidak semua orang tua memahami hal tersebut. Bahkan ada yang memaksakan pola asuh, sehingga terciptalah toxic parenting.
Toxic parenting ini jika dibiarkan dan dilakukan dalam waktu yang lama akan berdampak pada anak, terutama mentalnya.
Pasalnya, pola asuh ini akan memunculkan luka batin pada anak. Luka batin atau inner child yang tumbuh dari pola asuh toksik, akan abadi dan teringat sampai anak dewasa.
Menanggapi hal tersebut, Halimah, seorang praktisi gentle parenting dan konten kreator Tiktok @dailyjour, menjelaskan gentle parenting sebagai salah satu pola asuh terbaik.
Sebelum masuk ke gentle parenting, Halimah menjelaskan tipe-tipe pola asuh umum berdasarkan ilmu psikologi, apa saja?
1. Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter menempatkan orang tua sebagai pemegang remot kontrol yang mengendalikan anak secara dominan.
"Authoritarian parenting itu remot kontrolnya ada di orang tua, mereka bebas mengarahkan. Tapi, anaknya jadi robot," ujar Halimah pada Podcast Cerita Parapuan.
Baca Juga: Ketahui 4 Tips Mengasuh Anak Introvert agar Bisa Lebih Percaya Diri
2. Pola Asuh Otoritatif
Pola asuh otoritatif adalah pengasuhan yang mendukung, responsif terhadap anak, tetapi tetap memberi batasan tegas.
"Authoritative parenting itu orang tua punya remot dan anak juga punya remot. Keduanya memiliki batasan kapan harus memakai remot tersebut," jelas Halimah.
3. Pola Asuh Tidak Terlibat
Pola asuh tidak terlibat berarti orang tua yang tidak bertanggung jawab dan mengabaikan tumbuh kembang anaknya.
"Neglectful parenting atau pola asuh tidak terlibat itu remotnya diberikan ke anak," imbuhnya.
4. Pola Asuh Toksik
Pola asuh toksik sangat merugikan anak, di mana pengasuhan dipenuhi dengan kekerasan fisik, verbal, maupun emosional.
"Abusive atau toxic parenting remotnya dihancurkan. Jadi, anak dan orang tua tidak punya kontrol," kata Halimah.
Selanjutnya Hamilah menjelaskan mengenai, apa itu gentle parenting.
Baca Juga: Beragam Pola Asuh Orangtua yang Tidak Baik untuk Tumbuh Kembang Anak
"Gentle parenting merupakan turunan dari authoritative parenting. Artinya, orang tua mengasuh anak sambil 'mengasuh' diri sendiri," ujar Halimah.
Mengutip Mindbodygreen, gentle parenting adalah tren pola asuh yang berakar pada membangun hubungan yang kuat antara orang tua dan anak.
Orang tua memberikan pengasuhan yang terbuka terkait berbicara tentang perasaan, harapan, keinginan, kebutuhan, pengaturan diri, dan disiplin yang wajar.
Sebenarnya gentle parenting adalah variasi lain dari pola asuh otoritatif, yang bertujuan memberikan otonomi atau pilihan pada anak.
Dalam gentle parenting, orang tua berusaha membesarkan anak dengan kepekaan dan kehangatan untuk mengukur harapan dan batasan yang masuk akal.
Fokus hubungan orang tua dan anak tersebut menjadi kunci untuk membantu anak-anak mengembangkan pemahaman diri lebih baik.
Harapannya, anak menjadi lebih peka terhadap emosi dan perilakunya. Serta, belajar mengendalikan emosi sejak dini.
Kawan Puan, itulah berbagai pola asuh anak yang perlu orang tua ketahui, serta penjelasan singkat mengenai gentle parenting.
Kalau Kawan Puan dan pasangan, memilih menerapkan pola asuh anak yang mana untuk si kecil? (*)
Baca Juga: Risiko Biarkan Anak Terlalu Sering Tidur dengan Baby Sitter, Yuk Cari Tahu