Parapuan.co - Belakangan ini fenomena Metaverse atau dunia virtual menjadi perhatian dan ketertarikan banyak orang.
Betapa tidak, sederet musisi Tanah Air hingga internasional, seperti Syahrini dan Justin Bieber bahkan menggelar konser di Metaverse belum lama ini.
Pasalnya, istilah Metaverse sudah ada sejak dulu, tetapi belakangan kembali diperbincangkan setelah Facebook mengganti nama menjadi Meta.
Tidak hanya untuk hiburan seperti konser, dunia virtual ini pun dilirik sebagai peluang untuk berinvestasi hingga berbisnis.
Akan tetapi, meski menggiurkan, bisnis di metaverse pun tidak terlepas dari tantangan dan risiko.
Maka itu, sebelum kamu memulai bisnis di metaverse, ketahui lebih dulu apa saja risiko bisnis yang mungkin kamu hadapi di dunia virtual ini.
Melansir XR Today, diprediksi bahwa sederet risiko bisnis tersebut berlaku untuk metaverse di tahun-tahun awal hingga 2035. Lantas, apa saja risiko bisnis di metaverse?
1. Keterlibatan pengguna yang tidak dapat diprediksi
Meskipun metaverse dapat mendukung aplikasi 2D dan interaksi berbasis desktop, metaverse ini terutama akan ada di Virtual Reality (VR).
Baca Juga: Manfaatkan Fenomena Metaverse, 3 Strategi Menjangkau Konsumen Ini Perlu Dicoba
Namun, pengiriman headset VR masih relatif rendah jika dibandingkan dengan total populasi dunia dan, lebih khusus lagi, jumlah pengguna media sosial.
Pengguna yang berbeda dapat bereaksi secara berbeda terhadap VR, tergantung pada preferensi pribadi dan kondisi kesehatan mereka.
Bisnis mungkin berjuang untuk mencapai jangkauan universal.
2. Pergeseran nilai kripto
Banyak transaksi bisnis yang terjadi di metaverse akan memanfaatkan blockchain, baik melalui cryptocurrency atau non-fungible token (NFT).
Namun, nilai kripto diketahui sangat bervariasi dari hari ke hari, yang dapat menyebabkan tingkat ketidakstabilan ekonomi di metaverse.
Tidak hanya itu, kamu juga perlu tahu bahwa investasi besar melalui NFT mungkin tidak dapat diandalkan seperti perdagangan dunia nyata.
Misalnya, pembeli NFT mungkin tidak dapat mengedit karya secara legal, meskipun telah membayarnya. Ini bisa menghalangi segmen pelanggan tertentu.
3. Portabilitas ke dunia fisik
Baca Juga: Selain Memilih Instrumen, Ini 3 Tips Investasi untuk Perempuan
Risiko ini berlaku untuk bisnis asli metaverse.
Bisnis ini mungkin menemukan diri mereka terbatas pada sebagian kecil dari populasi global, dan infrastruktur VR mungkin sulit untuk diterjemahkan ke dalam format digital lain.
Untuk mengambil skenario sederhana, kita bisa melihat sesuatu seperti gelembung dot-com tahun 1990-an jika perusahaan asli metaverse berjuang untuk bertahan dalam jangka panjang.
4. Desentralisasi karena itu dideregulasi
Sebagian besar komentator, analis, dan pengembang mengakui bahwa metaverse sejati harus didesentralisasi.
Itu tidak akan dimiliki oleh siapa pun dan akan ada transparansi dan demokratisasi yang lengkap. Namun, hal ini juga berarti bahwa metaverse akan sulit diatur.
Bahkan jika badan pengatur mengeluarkan kebijakan yang cukup kuat, mereka akan sulit ditegakkan tanpa mencoba melewati arsitektur desentralisasinya.
Tanpa regulasi atau aturan, bisnis, terutama usaha kecil dan menengah (UKM), akan mendapatkan risiko lebih besar.
Nah, jika tertarik, itulah 4 risiko bisnis di metaverse yang perlu kamu ketahui lebih dahulu sebelum memulainya. (*)
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.