Parapuan.co – Kawan Puan, tahukah kamu bahwa bisa terjadi stres pada anak apalagi di masa balita?
Ya, tak hanya pada orang dewasa, stres pada balita juga perlu ditangai secara serius agar tak mengganggu tumbuh kembangnya.
Seperti diketahui, balita merupakan usia emas di mana sejumlah pertumbuhan fisik, emosional, dan kognitif terjadi.
Karena perubahan pesat yang terjadi pada tubuh dan pikiran kecilnya, balita juga peka terhadap dunia sekitarnya dan cenderung merasa stres.
Rangsangan yang bertubi-tubi, termasuk rutinitas yang banyak, lingkungan toksik, pengasuhan, pola makan, bahkan perpisahan orang tua turut berkontribusi.
"Jadi orang tua perlu waspada terhadap perilaku dan tindakan yang tidak biasa atau mencurigakan." ujar Rene Hackney, psikolog perkembangan dan pendiri Parenting Playgroups and Parenting, mengutip Parents.
Baca Juga: Pentingnya Konsumsi Makanan Bernutrisi bagi Anak Menurut Dokter
Tanda balita stres
"Hanya dengan mendengarkan komentar dan kata-kata atau mengamati perilaku dapat memberikan petunjuk signifikan tentang adanya stres," ujar Rene.
Ia menyebut, ada beberapa tanda-tanda yang dialami anak balita mengalami stres, antara lain:
- Perubahan kebiasaan tidur dan makan
- Mimpi buruk dan ketakutan pada waktu tidur
- Perubahan emosi (sedih, lekat, menarik diri, atau marah)
- Meningkatnya tantrum (tangisan dan amukan)
- Penyakit fisik (sakit kepala, sakit perut, dan batuk)
- Cemas atau gugup
- Kebiasaan aneh (mengunyah rambut atau mengisap jempol)
- Perubahan buang air besar
Meski tanda-tanda tersebut belum tentu menunjukkan gejala stres, namun sering kali berhubungan dengan perilaku buruk, kebiasaan, atau pertumbuhan.
Penyebab balita stres
Stres pada balita bisa disebabkan beberapa hal, di antaranya:
1. Kecemasan akan perpisahan
Balita berpotensi mengalami cemas akan perpisahan kala mereka memasuki lingkungan baru, termasuk pra-sekolah, penitipan anak, dan pengasuhan yang berubah.
Mereka akan berpisah lebih lama dari pengasuhnya, baik itu orang tua atau baby sitter mereka.
Hal ini dapat menyebabkan peningkatan kemelekatan, kesulitan dengan perpisahan, atau kegugupan karena jauh dari pengasuh utama.
Baca Juga: Latih Koordinasi hingga Kesabaran, Ini Manfaat Skateboard untuk Anak
2. Perubahan dinamis pada keluarga
Perubahan besar dalam keluarga seperti kematian, perceraian, kehilangan pekerjaan orang tua, atau rumah baru dapat membuat balita stres.
Kombinasi emosi yang meningkat, jadwal yang terganggu, dan rutinitas yang tidak biasa dapat membuat anak balita mengalami stres.
Bahkan, perubahan positif seperti kelahiran saudara kandung bisa membuat stres karena harus menyesuaikan diri dengan cara hidup yang berbeda.
3. Potty training
Mengajarkan anak agar mandiri untuk latihan potty atau buang air ke kamar mandi pasti menghadirkan tantangan tersendiri.
Tak hanya stres bagi orang tua, melainkan balita itu sendiri mengalami tekanan untuk belajar agar mandiri.
Pastikan melakukan potty training dengan berkonsultasi dengan dokter anak terlebih dahulu, sebab kesiapan anak untuk mandiri itu berbeda-beda.
4. Rutinitas berlebihan
Menjadwalkan balita untuk kegiatan yang berbeda atau terburu-buru dari satu tempat ke tempat lain dapat menciptakan stres.
Meski kamu mendorongnya untuk menguasai banyak keterampilan, itu justru tidak efektif jika dilakukan dalam jumlah banyak sekaligus.
Baca Juga: Jaga Kesehatan Gigi Anak Secara Alami dengan Konsumsi Makanan Ini
Kenali minat anak terlebih dahulu, apa yang ia sukai dan tanyakan pada mereka tentang aktivitas yang ingin dilakukan.
Kawan Puan, itulah beberapa tanda stres pada balita yang perlu diwaspadai orang tua.
Jika Kawan Puan melihat tanda-tanda tersebut, berikan perhatian ekstra kepada balita dan berikan waktu untuknya beristirahat.
Kemudian jika ada kekhawatiran bahwa perilaku anak menjadi lebih ekstrem, jangan ragu meminta nasihat dari seorang profesional. (*)