Parapuan.co- Bekerja terlalu keras hingga melebihi jam kerja ternyata bisa berdampak tidak baik.
Apalagi mengingat pandemi yang membuat pekerjaan offline menjadi online, kerap menuntut kita untuk menghasilkan lebih.
Namun bekerja terlalu keras hingga melebihi jam kerja bisa menjadi racun hingga disebut toxic productivity.
Saat bekerja di rumah, waktu antara bekerja dan kehidupan pribadi kerap tercampur.
Baca juga: Sosok Marie Thomas, Perempuan yang Populerkan Kontrasepsi di Indonesia
Budaya bekerja terlalu keras atau yang disebut dengan hustle culture kerap dinormalisasi.
Hustle culture menjadikan toxic productivity sebagia hal yang positif.
Padahal toxic productivity bisa menyebabkan kecemasan, burn out, hingga stres berkepanjangan.
Hal itu dibenarkan Dr Anika Petrella, seorang psikoterapis di University College London Hospital.
Menurutnya produktivitas bekerja yang berlebih dan tidak sehat dengan mengorbankan kesejahteraan.
"Seringkali respons terhadap kecemasan internal, seperti ketakutan akan kritik, penilaian atau kegagalan, toxic productivity dapat menyebabkan perasaan negatif bahwa kita tidak pernah "memenuhi sasaran". Terlepas dari seberapa produktif kita, toxic productivity mendorong kita untuk menjadi sangat kritis dan tak henti-hentinya menuntut kita untuk memenuhi standar tinggi yang terinternalisasi," ujar Petrella seperti yang dilansir oleh Vogue dan ditayangkan oleh PARAPUAN.
Kenyataannya, terlalu produktif memunculkan perasaan cemas hingga merasa tidak pernah cukup dengan dirinya sendiri.
Baca juga: Sosok Mary Barra, CEO Perempuan yang Berpengaruh di Dunia Otomotif
Kita menjadi pribadi dengan standar yang tidak realistis, tidak pernah merasa cukup, hingga menjadi hiper kritis kepada diri sendiri dan orang lain
"Produktivitas beracun ini membuat kita merasa seperti kita tidak pernah cukup," kata Petrella.
Tak hanya itu, toxic productivity dapat menyebabkan penurunan kinerja kita di tempat kerja.
“Kita membuat lebih banyak kesalahan, keterampilan memecahkan masalah kita terganggu, dan kemampuan interpersonal kita ditantang,” papar Petrella. (*)