Parapuan.co - Merencanakan kehamilan menjadi hal yang penting untuk setiap pasangan.
Hal ini sejalan dengan program pemerintah keluarga berencana atau yang biasa disebut dengan KB.
Penggunaan alat kontrasepsi sangat penting untuk perencanaan keluarga demi tercapainya keluarga yang sejahtera.
Selain untuk mencegah kehamilan yang tak direncanakan, penggunaan alat kontrasepsi atau KB juga berfungsi untuk mengatur jarak kehamilan sebelumnya dan kehamilan berikutnya.
Baca Juga: Apa Itu Morning After Pill? Alat Kontrasepsi Darurat yang Bantu Cegah Kehamilan Usai Berhubungan Tanpa Pengaman
Perencanaan keluarga ini dapat dibantu dengan penggunaan KB non-hormonal maupun KB hormonal.
KB non-hormonal itu di antaranya kondom, intra uterine device (IUD), dan tubektomi.
Sementara untuk KB hormonal misalnya Pil KB, suntik KB, implan, dan intra uterine system (IUS).
Diketahui juga bahwa setiap KB itu punya dampaknya masing-masing bagi perempuan misalnya yang hormonal.
Menurut dr. Ni Komang Yeni Dhana Sari, Sp.OG., penggunaan KB hormonal terutama pil itu biasanya berdampak pada hormon perempuan.
"Biasanya jadi lebih sensitif, lebih mudah uring-uringan," terang dr. Yeni saat dihubungi PARAPUAN pada Selasa (31/08/2021).
Di mana hal ini terjadi karena hormon dalam tubuh perempuan itu ditambah jumlahnya.
Akibatnya, menurut dr. Yeni, seorang perempuan yang menggunakan KB hormonal akan lebih moody.
"Kemudian juga mungkin gairah seksualnya juga ada penurunan gitu ya pada kadar-kadar hormon tertentu," jelas dr. Yeni.
Lantas bagaimana cara mengatasinya?
dr. Yeni menyarankan untuk melihat dampak dari penggunaan KB hormonal, apakah mengganggu atau tidak.
"Intensitasnya sangat mengganggu enggak? Kalau sekiranya intensitasnya ringan masih bisa diatasi ya, KB tersebut bisa dilanjutkan," ujarnya.
dr. Yeni menambahkan apabila ada gejala tertentu dari sedang, berat hingga mengganggu lebih baik diganti.
Dalam arti lain suaminya terganggu, di mana istri marah-marah hingga sering cekcok, sebaiknya dihentikan dan diganti dengan KB lain.
Selain membahas tentang efek samping dari penggunaan KB hormonal, dr. Yeni juga berpesan tentang kapan waktu yang tepat untuk KB.
Bagi perempuan yang baru saja memiliki anak, KB bisa digunakan pascamelahirkan sekitar 40 hari.
"Selesai masa nifas sudah dianjurkan untuk menggunakan KB," saran dr. Yeni.
dr. Yeni menyampaikan KB yang digunakan sesuai dengan pilihan masing-masing.
Baik itu spiral, kondom, ataupun dengan menggunakan KB hormonal.
"Tapi perlu diingat bahwa hormonalnya itu tidak boleh mengganggu ASI, nanti dokternya akan memilikhkan mana yang paling tepat," tegas dr. Yeni.
Untuk pemasangan KB sendiri, dr. Yeni menyatakan tidak ada batasan umur, sebab sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
"Yang penting konsultasi dulu untuk memilih KB yang sesuai," paparnya.
Di samping itu menurutnya kondisi perempuan yang akan KB pun harus ditelusuri terlebih dahulu.
"Karena misalnya ada tekanan darah tinggi atau ada gangguan yang lain, ada komorbid lah ya, biasanya diabetes, tidak dianjurkan secara hormonal, tapi bisa dikasih pilihan yang lain," tutup dr. Yeni.
(*)