Parapuan.co - Para pesien Covid-19 dengan gejala berat mungkin akan bergantung pada bantuan alat ventilator, selain itu juga berharap pada terapi plasma konvalesen.
Terapi plasma konvalesen menjadi salah satu harapan kesembuhan bagi pasien Covid-19 yang bergejala berat.
Sayangnya, kini mencari bantuan untuk terapi plasma konvalesen ini sudah bagai pertaruhan sebuah nyawa.
Ketersediaan plasma yang ada tidak sebanding dengan jumlah permintaannya.
Pemberian terapi plasma konvalesen menjadi salah satu alternatif pengobatan Covid-19 selain dengan obat antivirus atau vitamin.
Baca Juga: Jadi Salah Satu Pengobatan Covid-19, Apa Itu Terapi Plasma Konvalesen?
Antibodi orang yang sudah sembuh dari infeksi Covid-19 diharapkan bisa membantu orang yang masih sakit.
Tak heran jika plasma konvalesen menjadi barang yang paling dicari saat ini.
Media sosial pun kini seolah berubah menjadi media penyebar pesan permintaan donor plasma.
Hampir setiap hari di media sosial beredar pesan permohonan donor plasma konvalesen yang dikirimkan oleh keluarga, teman, atau kerabat pasien.
Sementara para pasien sendiri terbaring lemah di rumah sakit menanti datangnya bantuan.
Kesulitan mencari donor plasma sempat dialami oleh Diah Kumalasari, yang mencari donor plasma konvalesen untuk adiknya.
Diah mencari donor plasma untuk sang adik pada akhir tahun 2020 lalu.
Adiknya yang memiliki komorbid telah 3 minggu berada dirawat di ICU RS Dr. Oen Solobaru.
Diah lalu mengerahkan segala cara untuk mendapatkan pendonor, di mana kala itu masih belum banyak orang tahu soal donor plasma konvalesen seperti saat ini.
Penyintas Covid-19 kala itu pun masih sedikit sehingga membuat Diah cukup kesulitan.
"Susah sih emang cari donor plasma. Apalagi waktu itu Covid belum sebanyak sekarang dan masyarakat masih menutup diri, dianggap Covid itu seperti aib. Jadi bener susah untuk tahu siapa yang bisa dimintain tolong donor," aku Diah.
Hingga akhirnya ia pun meminta bantuan adik kelasnya yang merupakan salah satu koordinator relawan Darah Untuk Kita (DATA) di Solo.
Baca Juga: Tak Hanya Covid-19, Orang Tua Wajib Waspadai Kasus DBD pada Anak
Diah akhirnya berhasil mendapatkan 3 calon pendonor, sayangnya hanya satu yang kala itu lolos.
"Ada 3 calon yang menghubungi saya bersedia untuk donor. Akhirnya ketiganya dites titer di PMI. Ternyata yang cocok cuma satu. Alhamdulillah setelah dapet plasma kondisi adik saya semakin membaik," ujarnya.
Perempuan asal Solo ini pun mengaku membutuhkan kurang lebih dua hari hingga akhirnya mendapatkan pendonor.
Selain sulit mencari pendonor, Diah menyebutkan kendala juga muncul dari sulitnya menghubungi pihak PMI.
"Saya kontak dokter PMI tapi nggak ada respons. Dikasih 3 nomer waktu itu yang balas cuma 1 dan sedang di Salatiga posisinya. Jengkel sih saya. Apa gunanya mereka pasang hotline kalau kami chat nggak dibalas kami telepon nggak diangkat," terang Diah.
Meski begitu, Diah bersyukur akhirnya adiknya sudah tertolong. Ia pun memberikan pesan dan dukungan pada mereka yang kini tengah berjuang mencari pendonor plasma.
"Alhamdulillah banget pokoknya banyak ditolong orang2 baik.
"Never give up! Kita semua tau plasma skr barang langka dan tak ternilai.. Tapi jangan beranggapan plasma adl segala-galanya. Tanpa plasma bukan berarti dunia berakhir.
"Kalau dari pengalaman adik saya, kuncinya adalah HAPPY. Berserah tp bukan pasrah mbak. Menikmati semua proses dengan syukur. Meski dalam kondisi megap-megap karena kurang O2 tetep bersyukur masih bisa napas.
"Fokus sama keluarga dan orang-orang yang dicintai juga nambah semangat untuk survive. Yakin Allah itu sangat dekat dan mujizat-Nya nyata. Seperti ketika adik saya sembuh, dokter bilang ini mujizat," pungkasnya.
Baca Juga: Pentingnya Pengetahuan Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan pada Anak
Hal serupa juga dirasakan Rosyadi Indana, yang mencari pendonor untuk ayahnya yang sedang dirawat di ruang isolasi RS PKU Muhammadiyah Karanganyar, Jawa Tengah.
Oleh dokter, lelaki yang disapa Ochad ini diminta mendapatkan 2 kantong plasma darah konvalensen karena kondisi ayahnya yang kurang stabil.
"Saya membuat pesan berupa broadcast dan disebarkan melalui berbagai media sosial," aku Rosyadi Indana.
Ia lalu membuat broadcast pesan yang disebarkan ke media sosial dan grup percakapan yang diikutinya.
Selain itu, ia juga berusaha menghubungi relawan Darah Untuk Kita (DATA) Solo, yang mewadahi para penyintas dan membantu pencarian donor plasma.
"Lama pencarian pendonor dan bisa dapat donor sekitar 3-4 hari. Dokter meminta untuk mencari donor plasma hari Minggu, 18 Juli 2021, mendapat donor plasma di hari Selasa, 20 juli 2021," terang Ochad.
Dia pun mengatakan bahwa dirinya kini masih mencari pendonor tambahan lagi.
"Hari ini saya akan mendaftarkan ke PMI lagi 2 orang. Keduanya sudah pernah screening, yang satu tinggal pengalihan pasien saja. Dan yang satunya screening ulang untuk cek leukositnya sudah stabil belum," tambahnya, saat dihubungi, Rabu (21/7/2021).
Baca Juga: Takut Jarum Saat Disuntik? Ini Cara Mengatasinya Menurut Ahli
Walau sudah mendapatkan donor, bukan berarti masalah selesai, sebab mereka harus di-screening dulu oleh Palang Merah Indonesia.
Jika lolos baru bisa dilakukan donor plasma.
"Kendala di PMI-nya banyaknya antrian dan keterbatasan petugas sehingga memakan waktu yang lama dalam prosesnya. Untuk kendala pencarian pendonor banyak pendonor yang bersedia bahkan menawarkan diri. Namun ada syarat yang tidak tercukupi seperti tidak adanya surat yang menyatakan positif atau negatif," terang Rosyadi.
Saat ini ia baru berhasil mendapatkan satu kantong plasma dan masih berusaha mencari donor lain.
Sekantong plasma adalah harapan untuk sesama.
Jika kawan puan adalah seorang penyintas dan memenuhi syarat jangan ragu untuk membantu.
Kawan Puan bisa langsung menghubungi Palang Merah Indonesia (PMI) di tempat kamu tinggal.
(*)