Parapuan.co - Kawan Puan, sebagai perempuan dan seiring bertambahnya usia, tubuh kita akan mengalami menopause ya.
Saat mengalami menopause baik secara sadar maupun tidak tubuhmu akan mengalami perubahan.
Bukan hanya karena tidak menstruasi lagi saja lo, Kawan Puan.
Beberapa hal di area vagina juga turut berubah, misalnya vulva yang menipis.
Namun tak hanya itu saja, mengutip Everyday Health, selama menopause, perempuan akan mengalami penurunan kadar estrogen.
Hal ini juga memicu perubahan fisik pada vulva maupun lubang vagina Kawan Puan.
Baca Juga: 5 Hal yang Bisa Dilakukan demi Mengatasi Masalah Vagina Pascamenopause
Selain itu, turunnya kadar estrogen pascamenopause juga menimbulkan kekeringan dan bisa menyebabkan infeksi saluran kemih (ISK).
Perlu Kawan Puan tahu kalau perubahan vagina ini dikenal sebagai atrofi vagina atau sindrom genitourinaria menopause (GSM).
Atrofi vagina yaitu suatu kondisi yang memengaruhi lebih dari setengah vagina perempuan pascamenopause.
Nah, Kawan Puan selain beberapa hal di atas, sebenarnya perubahan vagina pascamenopause masih ada yang lain lagi lo.
Penasaran kan? Yuk disimak
1. Inkotinensia urin
Kawan Puan, jika suatu saat kamu sudah tidak bisa menahan air kencing dan berakhir dengan 'mengompol' hal ini merupakan salah satu kejadian pascamenopause.
Pasalnya, pascamenopause kekuatan dasar pinggung perempuan menjadi turun, alhasil, kamu tak mampu menahan air kencing.
Terutama jika Kawan Puan batuk atau bersih, tiba-tiba air kencing mengalir.
2. Mikrobioma vagina berubah
Kawan Puan, bukan hal yang aneh jika pH vagina itu berubah karena menopause ya.
Keasamaan vagina yang berubah mungkin tak menimbulkan gejala, tapi hal ini memengaruhi mikrobioma (bakteri) pada vagina.
Mikrobioma seperti bakteri baik yang berubah mampu meningkatkan risiko infeksi vagina.
Untuk mengatasi hal ini mungkin ada yang mengonsumsi obat estrogen, tapi sebaiknya bicarakan ke dokter ya, Kawan Puan.
Baca Juga: Banyak yang Masih Abai, Ini 10 Kesalahan Saat Memakai Masker
3. Seks terasa menyakitkan
Kawan Puan, sebelum menopause, vagina itu memiliki dinding tebal dan terdiri dari lipatan rugal.
Di mana selama menopause, banyak perempuan mengalami penipisan lapisan itu.
Akibatnya, saat terjadi penetrasi mungkin akan menyakitkan meskipun Kawan Puan sudah terangsang.
Selain terasa sakit saat berhubungan intim, beberapa perempuan mungkin juga merasakan iritasi atau rasa terbakar pada vagina.
"Jika kamu merasa kering pada vagina, tidak ada salahnya untuk mencoba menggunakan pelembab vagina dan melihat apa manfaatnya," kata Mary Jane Minkin, MD seorang profesor klinis kebidanan, ginekologi, dan ilmu reproduksi di Yale School of Medicine di New Haven, Connecticut.
Apabila tidak berhasil dan masih merasakan kekeringan, konsultasilah dengan dokter untuk mendapat saran terbaik.
4. Rasa terbakar saat buang air kecil
Ketika kadar estrogen menurun, jaringan-jaringan vagina pun mulai mengering.
Kondisi itu bisa menyebabkan bakteri jahat berkembang biak.
Untuk mengatasinya cobalah untuk minum lebih banyak cairan ketimbang biasanya, dan tak lupa untuk buang air kecil secara teratur.
Mary Jane juga merekomendasikan untuk minum suplemen cranberry, sebab kandungan di dalamnya mampu membatu mencegah bakteri menempel pada dinding kandung kemih.
Baca Juga: Orang Tanpa Gejala Disebut Tak Akan Menularkan Virus Covid-19, Benarkah? Ini Penjelasan Kemenkes
5. Vulva jadi tampak berbeda
Kawan Puan, menopause itu perubahan tak terjadi pada vagina saja, tapi vulva pun juga tampilannya turut berbeda.
"Seiring waktu, beberapa wanita benar-benar kehilangan labia minora mereka," kata lLauren Streitcher, MD, pendiri dan direktur medis dari Northwestern Medicine Center for Menopause dan Northwestern Medicine Center for Sexual Health.
Pada kasus ini, coba temui dokter Kawan Puan ya, dan biarkan dievaluasi terlebih dahulu.
Demi mengatasi hal ini, cobalah untuk mengikuti terapi fisik dasar panggul. (*)