Parapuan.co - Di antara banyak gejala pada penderita DBD atau demam berdarah dengue, ada satu yang mirip dengan gejala Covid-19.
Yakni penderita sama-sama mengalami demam tinggi hingga lebih dari 38 derajat Celcius.
Tentu kita menjadi bingung jika mengalaminya atau keluarga merasakan gejala serupa.
Tapi perlu diketahui, ternyata demam pada pasien DBD dan Covid-19 berbeda lho, Kawan Puan.
Keduanya memiliki pola yang berbeda baik dari waktu maupun efek yang ditimbulkan.
Baca Juga: Alami KIPI Pasca Vaksin Covid-19? Berikut 5 Langkah Mudah Penanganannya
Karena itu, daripada kita menyimpulkan sendiri, lebih baik kenali perbedaan demam yang terjadi pada penderita Covid-19 dengan DBD berikut ini.
Perwakilan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Dr. dr. Erni Juwita Nelwan, SpPD, KPTI menjelaskan demam pada DBD terjadi akibat diremia, atau di dalam darah ada virus yang beredar.
Demam ini sulit diturunkan oleh obat karena penyebab demam masih terus ada di dalam darah, dan biasanya bertahan hingga 3 hari.
Baca Juga: Kasus Covid-19 pada Anak Meningkat, Berikut Langkah Pencegahan Menurut CDC
“Jika pasien minum obat penurun panas, maka demam akan turun namun tidak lama kemudian demam akan naik lagi. Jadi demam pada demam berdarah itu sulit diturunkan dengan obat turun panas."
"Pasien akan banyak berkeringat karena efek samping dari obat turun panas tersebut dia berusaha menurunkan panas tapi di satu sisi penyebab demam nya ada terus di dalam darah,” kata Erni pada Konferensi Pers Asen Dengue Day 2021 secara virtual, Kamis (10/6) dikutip dari laman resmi Kemenkes RI.
Hal ini berbeda dengan demam yang terjadi pada penderita Covid-19.
Di mana demam pada Covid-19 biasanya diikuti dengan gejala respirasi seperti sesak napas, batuk, susah menelan, dan anosmia atau kehilangan kemampuan penciuman.
Selain itu, pada DBD biasanya diikuti rasa sakit kepala yang khas yakni di bagian depan kepala atau di belakang bola mata.
Perwakilan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Mulya Rahma Karyanti Sp.A(K) menambahkan, pada DBD, demam yang diikuti batuk pilek terhitung lebih ringan.
Baca Juga: Bolehkah Minum Obat Pereda Nyeri Setelah Vaksin Covid-19? Ini Penjelasan Komnas KIPI
Sedangankan pada Covid-19, demam yang diikuti batuk pilek dominan biasanya bertahan hingga 5-7 hari, dan saturasi oksigen juga menurun.
“Pada infeksi dengue biasanya demam terjadi mendadak tinggi, namun setelah hari ketiga pada saat memasuki fase kritis yang harus diperhatikan adalah jangan sampai anak kekurangan cairan obat karena di fase inilah terjadi kebocoran pembuluh darah yang bisa menyebabkan kematian."
"Sedangkan pada COVID-19 demam bisa tinggi tapi bisa disertai dengan batuk pilek dan bertambah sesak. Terutama masa kritisnya adalah pada akhir minggu pertama, di sinilah saturasi oksigen bisa menurun,” tutur dr. Mulya. (*)