Parapuan.co – Kawan Puan, pembagian peran dalam keluarga perlu dilakukan secara adil dan setara.
Artinya baik suami maupun istri perlu membagi peran secara adil, agar salah satu pihak tak merasa terbebani.
Sebab dalam rumah tangga sendiri, suami dan istri merupakan satu tim sehingga perlu menjalankan perannya masing-masing dengan adil dan setara.
Begitu pula ketika sebuah keluarga sudah memiliki anak.
Baca Juga: Sosok Jaka Setia, Bapak Rumah Tangga yang Senang Lihat Tumbuh Kembang Anak
Semakin banyak anggota keluarga, semakin banyak peran ganda yang mau tidak mau harus dilakukan pasangan suami-istri tersebut.
Apalagi, jika suami-istri memutuskan untuk bekerja, sehingga perannya menjadi pasangan, orang tua, dan peran domestik seperti menyapu, mencuci, mengepel, mengurus anak, sampai memasak.
Tapi, jika suami-istri bersepakat untuk meminta bantuan asisten rumah tangga (ART), maka akan mengurangi pekerjaan domestik, tapi tidak menghilangkannya dari pembagian peran.
Mengutip artikel bertajuk Pembagian peran dan tugas dalam rumah tangga: Seberapa penting?, ditulis oleh Novensia Wongpy, S.Psi., M.Psi., Psikolog, di laman Center for Marriage and Family Universitas Ciputra, ternyata ada dua jenis pembagian peran dalam rumah tangga.
Kedua tipe pembagian peran dalam rumah tangga, yaitu:
Tipe Egaliter
Pembagian tugas dalam peran egaliter, antara suami dan istri bersifat lebih fleksibel.
Tidak ada lagi sebuah aturan sosial bahwa suami kurang cocok mengasuh anak dan istri kurang cocok untuk bekerja.
Suami dan istri bebas menentukan pembagian peran dan tugas dalam rumah tangga melalui diskusi dan kesepakatan yang diambil bersama-sama.
Berbagi peran dan tugas adalah kunci utama dari pembagian peran secara egaliter.
Suami dan istri boleh menunjukkan bakat dan minat mereka dalam bidang apapun, misalnya suami memiliki hobi untuk memasak.
Sehingga dalam rumah tangga mereka, memasak adalah tugas suami.
Baca Juga: Dampak Positif Pembagian Peran Domestik Rumah Tangga Bagi Anak
Suami dan istri juga dapat saling membantu dan mendukung satu sama lain dalam menjalankan peran dan melakukan tugas.
Menurut Kawan Puan, manakah yang lebih mengayomi satu sama lain dari dua jenis pembagian peran ini?
Mengerjakan tugas rumah tangga dan mengasuh anak sama sekali tidak mengurangi harkat dan martabat sebagai laki-laki.
Begitu pula, menjadi perempuan karir tidaklah menurunkan derajatnya sebagai perempuan tulen juga.
Sebab, inti rumah tangga itu dibangun suami-istri yang saling mendukung, mengayomi, dan meraih mimpi bersama.
Tak perlu bebankan satu pekerjaan domestik pada salah satu orang saja karena pekerjaan domestik itu sangat banyak dan tidak ada habisnya.
Tipe Tradisional
Dalam peran tradisional, terdapat perbedaan peran dan tugas yang jelas antara suami dan istri.
Fokus dan tugas utama dari suami adalah bekerja dan mencari nafkah untuk keluarga.
Sedangkan fokus dan tugas utama dari istri adalah mendukung suami dan mengurus segala urusan rumah tangga termasuk pengasuhan anak.
Bagi pandangan tradisional, akan terlihat aneh jika suami ikut mengasuh anak dan membersihkan rumah.
Begitu pula dengan istri, akan terlihat aneh jika istri bekerja di luar rumah.
Keputusan-keputusan terkait rumah tangga akan diatur dan ditentukan oleh suami, sementara istri sifatnya mendukung keputusan apapun yang diambil suami.
Baca Juga: Apa Strategi dalam Rumah Tangga Supaya Istri Bisa Meraih Mimpinya?
Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya pembagian peran secara tradisional adalah karena adanya stereotip akan peran laki-laki dan perempuan.
Laki-laki dianggap sebagai sosok yang maskulin, kuat, dan dominan, sehingga dianggap lebih sesuai untuk bekerja dan bertanggung jawab atas semua keputusan dan kebutuhan rumah tangga.
Perempuan dianggap sebagai sosok yang feminin, memiliki karakter yang lembut dan penyayang.
Lewat karakter ini, perempuan dianggap lebih cocok untuk berada di rumah dan mengasuh anak.
Kawan Puan, itulah kedua tipe pembagian peran dalam keluarga.
Kalau di keluarga Kawan Puan sendiri, menganut tipe yang mana nih? (*)