Jangan Diulangi, Ini 3 Kesalahan Mendisiplinkan Anak yang Sering Dilakukan Orangtua

Parapuan.co - Perbuatan anak-anak terkadang membuat orang tua geleng-geleng kepala.

Selain belum mengerti, mereka juga belum memahami di mana ia menempatkan diri untuk marah, sedih, atau tantrum.

Ada kalanya mereka merengek minta dibelikan sesuatu, namun kondisi finansial orangtua tak memadai dan perhatian orang sekitar sering membuat situasi tidak mengenakkan.

Baca Juga: Belajar dari Betrand Peto, Ketahui Tanda Toxic Family yang Picu Trauma

Terlebih jika suasana hati orang tua buruk dan anak-anak sedang tantrum, ledakan emosi di tempat yang tidak seharusnya pun mungkin terjadi.

Kembali lagi tentang bagaimana orangtua mengajari anaknya bersikap dan belajar memahami situasi di mana mereka tidak boleh melakukan sesuatu.

Mendisiplinkan anak bukanlah suatu kesalahan, melainkan bagaimana harus mengevaluasi kesalahan yang dibuatnya.

Tetapi, orangtua masih sering melakukan kesalahan dalam mendisiplinkan anak juga, loh.

Baca Juga: Tiga Hal yang Perlu Kamu Perhatikan dalam Pola Pengasuhan Anak

Melansir Parents, berikut ini beberapa tindakan orang tua dalam mendisiplinkan anak yang kurang tepat, antara lain:

1. Memarahi di depan umum

Seperti orang dewasa, memberi nasihat pada satu orang di depan publik sama saja dengan penghinaan.

Mendisiplinkan anak di depan orang lain tak membuatnya fokus dengan apa yang dinasihatkan, melainkan beralih kepada siapa orang yang sedang memperhatikannya.

Selain itu, anak-anak akan merasa malu bahwa kesalahannya diketahui orang lain dan memungkinkan trauma masa kecil.

Baca Juga: Lakukan Ini Agar Anak-Anak Mampu Mengatur Keuangannya Sendiri

2. Memberikan instruksi yang tidak jelas

Ketika berbicara dengan anak kecil, terkadang orangtua harus menempatkan diri seperti anak kecil juga.

Maksudnya, memberikan pemahaman yang detail dan jelas sembari berkonsentrasi.

Orangtua sering berkata ‘jangan memukul’, ‘jangan menendang’, atau ‘jangan dilempar’, seringnya mereka tetap melakukan hal yang sama.

Ubah taktik menjadi, ‘Nak, tangan adalah untuk menyentuh dengan lembut. Jika kamu marah, kamu bisa memukul bantal. Tangan tidak digunakan untuk memukul orang, ya’.

Baca Juga: Ternyata Trauma pada Anak dapat Mempengaruhi Kesehatan di Masa Depan

Ketika orangtua turut membelai tangannya dengan lembut, hal itu bisa mensugesti otak anak untuk menggunakan tangannya dengan baik.

3. Menghukum anak hingga ketakutan

Pikiran unik anak-anak sering membuat orangtua kewalahan dengan perilakunya.

Terkadang, anak-anak melakukan perbuatan untuk menarik perhatian orangtuanya yang mungkin sibuk atau merasa diabaikan.

Mereka memerlukan kasih sayang misalnya dengan memancing orangtuanya dengan menumpahkan air ke kasur, memecahkan piring, atau membuat rumah berantakan.

Baca Juga: Belajar dari Betrand Peto, Ketahui Tanda Toxic Family yang Picu Trauma

Namun, sering orangtua menangkap maksud berbeda dan mendisiplinkannya dengan menghukumnya di ruang gelap dan terkunci.

Selain itu, menyiksa kedua tangannya dengan kayu atau alat dapur yang membuatnya kesakitan.

Hal itu tidak bisa dibenarkan dan termasuk dalam kekerasan fisik terhadap anak-anak, loh.

Anak-anak hanya akan mendengarkan kedua orangtuanya apabila berkonsentrasi, tenang, intim, dan berdua saja.

Mendisiplinkan anak terlalu berlebihan bisa memicu trauma masa kecil yang abadi hingga dewasa.

(*)