Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Hanya Satu, Ini Dia Bermacam Gangguan Kesehatan Mental yang Bisa Dialami Oleh Siapa Saja

Kompas.com - 19/04/2021, 09:00 WIB
Editor Rizka Rachmania

Parapuan.co - Apa yang tebersit di pikiran saat mendengar kata mental illness atau gangguan kesehatan mental?

Jika kamu berpikir kalau penyakit mental ini hanya gangguan kecemasan atau anxiety disorder, maka salah besar.

Sebab penyakit mental yang memengaruhi pemikiran, perasaan, perilaku, atau suasana hati seseorang ini memiliki cakupan yang sangat luas.

Melansir dari National Alliance on Mental Illness (NAMI), ada 12 jenis gangguan kesehatan mental, berikut ini ulasannya:

1. Anxiety Disoder (Gangguan Kecemasan)

Gangguan kecemasan adalah sekumpulan kondisi yang masing-masing memiliki gejala unik.

Namun, ada satu kesamaan bagi mereka yang menderita gangguan kecemasan, yakni ketakutan atau kekhawatiran yang terus-menerus, berlebihan dalam situasi yang tidak mengancam. 

Selain gejala emosional, orang dengan gangguan kecemasan juga ditandai dengan gejala fisik seperti jantung berdebar kencang, sakit kepala, badan gemetar, sakit perut, dan yang lainnya.

Baca Juga: Selain Anxiety, Ini 6 Masalah Kesehatan Mental yang Sering Dialami Selama Pandemi Covid-19

2Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

ADHD adalah suatu kondisi yang ditandai dengan kurangnya perhatian.

Dalam arti lain seseorang sulit memusatkan perhatian, serta memiliki perilaku impulsif dan hiperaktif.

ADHD paling sering didiagnosis pada orang muda. Berdasarkan penelitian dari NAMI, diperkirakan anak berusia 4-17 tahun, 8,8 persen diantaranya mengidap gangguan ini.

Meskipun demikian, ADHD tak hanya didiagnosis pada masa kanak-kanak, orang dewasa pun bisa menderita ADHD.

Masih dari sumber yang sama, diperkirakan 4,4 persen orang dewasa menderita ADHD.

Bagi penderitanya, ADHD ini tidak bisa disembuhkan, akan tetapi jika dilakukan pengobatan maka kemungkinan si penderita bisa menjalani kehidupan yang normal.

3. Bipolar Disorder

Gangguan bipolar adalah penyakit mental yang menyebabkan perubahan dramatis dalam suasana hati, energi, dan kemampuan seseorang untuk berpikir jernih.

Orang dengan bipolar mengalami perubahan suasana hati yang sangat cepat. Jika tidak diobati, gangguan bipolar biasanya memburuk. 

Namun, dengan rencana perawatan yang baik termasuk psikoterapi, pengobatan, gaya hidup sehat, jadwal teratur dan identifikasi gejala awal, bisa membuat penderitanya hidup normal, meskipun dengan gangguan mental.

Baca Juga: Pulihkan Kesehatan Mental Akibat Covid-19, Butuh Waktu Berapa Lama?

4. Borderline Personality Disorder (BPD)

Borderline Personality Disorder  adalah suatu kondisi yang ditandai dengan kesulitan mengatur emosi. 

Orang yang mengalami BPD merasakan emosi secara intens dan dalam waktu yang lama.

Bisa lebih parah lagi ketika ada suatu peristiwa atau kejadian yang memicu emosinya. 

Gangguan ini dapat menyebabkan impulsif, citra diri menjadi buruk, dan hubungan interaksi jadi kacau akibat dari bentuk respons emosionalnya.

Tentunya hal ini bisa membuat penderita menjadi stres dan suasana hati pun menjadi buruk, di mana ada perasaan ketidakstabilan emosi dan merasa tidak aman.

5. Depression (Depresi)

Gangguan depresi ini lebih dari sekadar merasa sedih atau mengalami masa sulit.

Depresi adalah kondisi kesehatan mental serius yang membutuhkan pemahaman dan perawatan medis. 

Depresi dapat menunjukkan gejala yang berbeda, tergantung orangnya. 

Tetapi bagi kebanyakan orang, gangguan depresi mengubah cara manusia beraktifitas sehari-hari, dan biasanya selama lebih dari dua minggu. 

Jika tidak ditangani, depresi dapat menghancurkan orang-orang yang mengidapnya dan keluarganya. 

Baca Juga: Sleep Apnea, Gangguan Tidur yang Membuat Penderitanya Mendengkur

Untungnya, dengan deteksi dini, diagnosis, dan rencana perawatan yang terdiri dari pengobatan, psikoterapi, dan gaya hidup sehat, banyak orang dapat dan akan menjadi lebih baik.

6. Dissociative Disorder

Gangguan disosiatif ditandai dengan pelarian yang tidak disengaja dari kenyataan yang ditandai dengan terputusnya hubungan antara pikiran, identitas, kesadaran, dan ingatan. 

Gejala gangguan disosiatif biasanya pertama kali muncul sebagai respons terhadap peristiwa traumatis, seperti pelecehan atau pertempuran militer, untuk menjaga ingatan tersebut tetap terkendali.

Selain itu, stres dapat memperburuk gejala dan menyebabkan masalah pada  aktivitas sehari-hari. 

Namun, gejala yang dialami seseorang akan bergantung pada jenis gangguan disosiatif yang dimilikinya.

Maka dari itu, perawatan untuk gangguan disosiatif sering kali melibatkan psikoterapi dan pengobatan. 

Meskipun sulit untuk menemukan rencana pengobatan yang efektif, namun banyak orang dapat hidup sehat dan produktif.

7. Eating Disorder (Gangguan Makan)

Gangguan makan adalah gangguan mental saat mengonsumsi makanan.

Bisanya penderita terobsesi dengan berat badan atau bentuk tubuh, sehingga ia dapat mengonsumsi terlalu sedikit atau terlalu banyak makanan.

Gangguan makan dapat memengaruhi orang dari segala usia atau jenis kelamin.

Meskipun demikian, gangguan ini lebih sering dialami perempuan saat remaja atau pun sedang beranjang dewasa.

8. Obsessive-Compulsive Disorder  (OCD) 

Gangguan obsesif-kompulsif ditandai dengan  penderita yang merasa harus melakukan suatu tindakan secara berulang-ulang.

Apabila penderita tidak melakukan tindakan yang berulang ini, ia akan diselimuti oleh kecemasan dan ketakutan.

Gangguan ini bisa terjadi pada masa kanak-kanak, remaja atau dewasa muda.

Di sisi lain, penderita OCD terkadang sudah menyadari bahwa pikiran dan tindakannya tersebut berlebihan, akan tetapi mereka tetap merasa harus melakukannya dan tidak dapat dihindari.

Baca Juga: Hampir Mirip, Ini Perbedaan Gangguan Makan Anoreksia dan Bulimia

9. Posttraumatic Stress Disorder (PTSD)

PTSD atau gangguan traumatis merupakan gangguan mental yang muncul setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa yang tidak menyenangkan.

Peristiwa traumatis yang dapat memicu PTSD antara lain perang, kecelakaan, bencana alam, dan pelecehan seksual ini dapat memiliki efek yang lama.

Sehingga kesehatan mental bagi mereka yang pernah mengalami kerjadian tersebut pun terganggu.

Gejala PTSD sering kali muncul bersamaan dengan kondisi lain seperti gangguan penggunaan obat-obatan, depresi, dan kecemasan. 

Oleh karena itu, supaya mental penderita tidak makin hancur, perlu dilakukan perawatan medis secara individual.

10. Psychosis (Psikosis)

Psikosis dicirikan sebagai gangguan terhadap pikiran dan persepsi seseorang yang membuat mereka sulit untuk mengenali apa yang nyata dan apa yang tidak. 

Biasanya, gejala yang muncul pada penderita psikosis yakni berupa delusi dan halusinasi. 

Di mana penderita sering melihat, mendengar, dan mempercayai hal-hal yang tidak nyata atau memiliki pikiran, perilaku, dan emosi yang aneh dan terus-menerus. 

Agar tak berkelanjutan, penderita psikosis perlu mendapatkan penangan dari psikiater.

Sebab, jika tidak ditangani dengan tepat dan segera, kondisi ini dapat berdampak pada kemampuan pasien dalam hidup bersosial.

11. Schizoaffective Disorder

Gangguan skizoafektif adalah kondisi kesehatan mental kronis yang ditandai terutama oleh gejala skizofrenia.

Seperti halusinasi atau delusi dan gejala gangguan suasana hati, seperti mania dan depresi.

Gangguan skizoafektif dapat bervariasi dan tanda serta gejala yang timbul pada masing-masing orang bisa berbeda-beda.

Maka dari itu, gangguan skizoafektif perlu diawasi dengan ketat karena bisa semakin parah.

Penanganan yang efektif dengan pengobatan dan terapi mampu menurunkan risiko yang serius.

Pasalnya jika tak ditangani secepat mungkin, penderita akan mengalami gangguan lainnya, misal pada pekerjaan, sekolah, dan kehidupan sosial lainnya.

Baca Juga: Wah, Musik Ternyata Bisa Menjadi Terapi untuk Penyembuhan Kesehatan Mental dan Fisik

12. Schizophernia (Skizofrenia)

Skizofrenia adalah penyakit mental serius yang mengganggu kemampuan seseorang untuk berpikir jernih. 

Gangguan ini menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi, delusi, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku.

Selain itu, gangguan mental ini bisa terjadi dalam jangka panjang.

Akibatnya penderita kesulitan untuk mengelola emosi, membuat keputusan, dan berhubungan dengan orang lain. (*)

Sumber nami.org

Terkini Lainnya

Intip Keseruan Berwisata di Kapal Pesiar dengan Rute Internasional

Intip Keseruan Berwisata di Kapal Pesiar dengan Rute Internasional

PARAPUAN
6 Manfaat Cuka Apel untuk Kesehatan,  Viral Bantu Turunkan Berat Badan

6 Manfaat Cuka Apel untuk Kesehatan, Viral Bantu Turunkan Berat Badan

PARAPUAN
Tak Cuman Bantu Dokter, Yuk Ketahui Tugas dan Tanggung Jawab Profesi Perawat

Tak Cuman Bantu Dokter, Yuk Ketahui Tugas dan Tanggung Jawab Profesi Perawat

PARAPUAN
Mengenal Istilah Femisida yang Berhubungan Erat dengan Pembunuhan terhadap Perempuan

Mengenal Istilah Femisida yang Berhubungan Erat dengan Pembunuhan terhadap Perempuan

PARAPUAN
Belajar dari Pembunuhan Miss Ecuador, Ini Bahaya Share Lokasi Real Time di Medsos

Belajar dari Pembunuhan Miss Ecuador, Ini Bahaya Share Lokasi Real Time di Medsos

PARAPUAN
Ajari Anak Bisnis Sejak Kecil, Ini 3 Usaha Kecil-kecilan yang Bisa Dicoba

Ajari Anak Bisnis Sejak Kecil, Ini 3 Usaha Kecil-kecilan yang Bisa Dicoba

PARAPUAN
Kampoeng Djamoe Organik Martha Tilaar Group Terima 11 Spesies Tanaman Langka dari BRIN

Kampoeng Djamoe Organik Martha Tilaar Group Terima 11 Spesies Tanaman Langka dari BRIN

PARAPUAN
4 “Senjata” yang Perlu Dibawa Agar Perjalanan ke Kantor Aman dan Nyaman

4 “Senjata” yang Perlu Dibawa Agar Perjalanan ke Kantor Aman dan Nyaman

PARAPUAN
Nikmati Pemandang Indah, Ini 3 Rekomendasi Wisata Alam di Brasil

Nikmati Pemandang Indah, Ini 3 Rekomendasi Wisata Alam di Brasil

PARAPUAN
Hadapi Polusi dan Radikal Bebas Selama Commuting, Ini Tipsnya

Hadapi Polusi dan Radikal Bebas Selama Commuting, Ini Tipsnya

PARAPUAN
Ini Mimpi Dr. Widiastuti Setyaningsih, Peneliti yang Ungkap Tabir Alam Lewat Teknologi Pangan

Ini Mimpi Dr. Widiastuti Setyaningsih, Peneliti yang Ungkap Tabir Alam Lewat Teknologi Pangan

PARAPUAN
Inarah Syarafina Debut Penyutradaraan Film Panjang Lewat Temurun

Inarah Syarafina Debut Penyutradaraan Film Panjang Lewat Temurun

PARAPUAN
Perdebatan Man VS Bear Viral di TikTok, Ini Alasan Perempuan Lebih Memilih Beruang

Perdebatan Man VS Bear Viral di TikTok, Ini Alasan Perempuan Lebih Memilih Beruang

PARAPUAN
Cocok untuk Perempuan Karier, Ini Rekomendasi Parfum Pilihan PARAPUAN

Cocok untuk Perempuan Karier, Ini Rekomendasi Parfum Pilihan PARAPUAN

PARAPUAN
Bisa Tambah Penghasilan, Ini 3 Ide Bisnis yang Bisa Dicoba Pekerja Perempuan

Bisa Tambah Penghasilan, Ini 3 Ide Bisnis yang Bisa Dicoba Pekerja Perempuan

PARAPUAN
Pengusaha Pemula Wajib Tahu, Ini Sumber Modal Bisnis dan Strategi Dapatkan Pendanaan

Pengusaha Pemula Wajib Tahu, Ini Sumber Modal Bisnis dan Strategi Dapatkan Pendanaan

PARAPUAN
3 Cara Bijak Kumpulkan Dana Pendidikan Anak dan Strategi Melakoninya

3 Cara Bijak Kumpulkan Dana Pendidikan Anak dan Strategi Melakoninya

PARAPUAN
Praktis Dipakai, Ini Rekomendasi Sepatu Nyaman untuk Jalan Kaki

Praktis Dipakai, Ini Rekomendasi Sepatu Nyaman untuk Jalan Kaki

PARAPUAN
Kulit Kepala Berminyak dan Ketombean? Ini Rekomendasi Perawatannya

Kulit Kepala Berminyak dan Ketombean? Ini Rekomendasi Perawatannya

PARAPUAN
 Studi BCG dan Stellar Women: 70 Persen Perempuan Pelaku UMKM Kesulitan Mencari Mentor dalam Berbisnis

Studi BCG dan Stellar Women: 70 Persen Perempuan Pelaku UMKM Kesulitan Mencari Mentor dalam Berbisnis

PARAPUAN
Netflix Rilis Jadwal Tayang dan Trailer Film Monster, Full Tanpa Dialog

Netflix Rilis Jadwal Tayang dan Trailer Film Monster, Full Tanpa Dialog

PARAPUAN
Rekomendasi Hotel Bintang 5 untuk “Me Time” di Jakarta

Rekomendasi Hotel Bintang 5 untuk “Me Time” di Jakarta

PARAPUAN
Ikuti Tren, Ganti Cat Rumah dengan Warna-warna yang Sedang Populer Ini

Ikuti Tren, Ganti Cat Rumah dengan Warna-warna yang Sedang Populer Ini

PARAPUAN
Panduan Memakai Silicone Sealant untuk Atasi Kebocoran dan Keretakan di Rumah

Panduan Memakai Silicone Sealant untuk Atasi Kebocoran dan Keretakan di Rumah

PARAPUAN
3 Tokoh Perempuan Kuat di Film Indonesia, Ada Sosok Anggini di Wiro Sableng

3 Tokoh Perempuan Kuat di Film Indonesia, Ada Sosok Anggini di Wiro Sableng

PARAPUAN
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com