Love Yourself
J***** - 30 Agustus 2022

Saya merupakan anak perempuan pertama dari dua bersaudara di keluarga. Saya memiliki seorang adik laki-laki.

Keluarga kami memiliki akar etnis yang berasal dari pedalaman Kalimantan Tengah. Kampung keluarga besar kami secara geografis ialah landlock atau tidak terhubung akses ke laut.

Hingga saat ini, saya masih menjadi satu-satunya anak perempuan di keluarga yang memiliki pendidikan tinggi. Secara pribadi, saya juga yang memutuskan merantau bekerja ke luar pulau Kalimantan.

Hal ini menjadi sorotan dan kadang gujingan di dalam keluarga besar.

Sebab sebagian besar keluarga, sepupu dan sanak saudara yang sesama kaum perempuan sedarah, secara consent mereka memilih untuk tidak keluar dari Pulau Kalimantan.

Bagi mereka, hidup di Kalimantan adalah pilihan terbaik. Mereka tidak sulit untuk mencari penghidupan yang berkecukupan.

Tanah, air dan makanan sudah disediakan oleh alam. Tidak sulit mencari pekerjaan karena jaringan dan keluarga ada dimana-mana. Untuk mencari pasangan hidup, hal tersebut juga tak sulit.

Cara mereka memperlakukan adik saya sangat berbeda. Di sana, anak laki-laki sangat didukung secara materi untuk mengenyam pendidikan bahkan pekerjaan ke luar negeri.

Jadi, dapat dipahami bagaimana keluarga kami memperlakukan anak perempuan dan laki-laki. Sangat berbeda! 

Sejauh pengamatan dan pengakuan keluarga besar, makin tahun para perempuan ini justru merasa insecure karena banyak pendatang dari luar pulau.

Mereka yang berdatangan dari luar pulau bukan tidak mungkin akan menjadi pimpinan di instansi-instansi pemerintah pada kampung/kabupaten/provinsi tempat mereka bekerja.

Perempuan sanak saudara saya secara sadar merasa rendah diri. Alasannya karena mereka tidak terbuka dan terbarui pada level wawasan pengetahuan.

Sayang sungguh sayang, perempuan ini (yang tentunya keluarga saya) justru membuat saya merasa terkucilkan saat membahas secara adat.

Pembahasan mereka tak jauh dari posisi pasangan tanpa anak dalam keluarga, baik secara langsung maupun lewat daring di grup sosial media keluarga.

Tantangan bagi saya setiap kali pulang kampung tentunya menghadapi banyak stigma tentang pasangan tanpa anak.

Setiap kali memberikan penjelasan kenapa setelah menikah selama tiga tahun kedepan menunda memiliki anak dilakukan, keluarga tidak menerima alasan tersebut. Padahal, alasannya sangat logis. 

Saya sudah menjelaskan dari sisi sebagai perempuan. Penundaan memiliki keturunan dilakukan karena pilihan karir dan pekerjaan saat ini masih belum memungkinkan jika dilakukan sambil mengasuh anak.

Posisi saya dalam mengemukakan pendapat tidak pernah dihargai. Nilai tradisional lama yang sudah tidak relevan dengan kehidupan saya di ibu kota menjadi pembenaran bagi keluarga besar untuk menekan saya agar berusaha keras memiliki keturunan.

Padahal memang finansial maupun secara psikologis, saya belum siap memiliki buah hati. 

Kenyataannya kehidupan saya yang belum memiliki anak sampai sekarang masih terencana dengan baik dan mandiri tanpa bergantung secara finansial dengan keluarga besar, berbeda dengan saudara dan para sepupu.

Banyak anak laki-laki yang meskipun sama-sama merantau baik ke ibu kota bahkan negara lain, dukungan secara finansial kepada keluarga di Kalimantan masih dilakukan. Apalagi saat memiliki anak!

Bersyukurnya di kota rantau, ada paguyuban para perantau asal Kalimantan yang mau menerima segala keputusan saya tanpa judgement.

Hal ini membuat saya bahkan lebih akrab dengan sesama perantau, dibandingkan dengan keluarga sendiri.

Saya selalu mempercayai bahwa perempuan yang tangguh adalah perempuan yang terus bertahan, tidak peduli apapun kehidupannya.

Perempuan tangguh menjanjikan hal-hal yang lebih baik untuk dirinya sendiri. Ia akan mencari hal-hal itu dan tidak pernah melihat ke belakang. Semangat!

Dijawab Oleh

Admin Parapuan

Halo Kak :)

Terima kasih sudah bercerita dan mengingatkan kita semua bahwa perempuan berhak memutuskan sesuatu untuk berbagai peran dan memilih yang terbaik untuk hidupnya. 

MinPuan kagum, amat sangat kagum. MinPuan juga setuju "bahwa perempuan yang tangguh adalah perempuan yang terus bertahan, tidak peduli apapun kehidupan yang dilaluinya serta perempuan tangguh menjanjikan hal-hal yang lebih baik untuk dirinya sendiri, dia mencari hal-hal itu dan tidak pernah melihat ke belakang". Semoga kata-kata dari kamu bisa juga menyemangati Kawan Puan yang lainnya yang ada di sini <3

Untuk kamu, kak. Kamu sangat kerennn dan selalu ingat bahwa kamu berharga.

PELUUKKKK ERAAAAAT dari MinPuan! *HUGS* *HUGS*